ROMO Prennthaler SJ adalah nama besar di kawasan Perbukitan Menoreh, Kulon Progo, DIY. Imam misionaris Jesuit asal Austria ini merupakan tokoh yang berperan besar dalam perkembangan misi Katolik di wilayah permukiman pendudukn di kawasan Bukit Menoreh
Gereja paroki di satu bagian wilayah sangat luas di kawasan Perbukitan Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, ini bernama Gereja St. Theresia Liseux Boro.
Sering juga disebut juga Gereja Boro atau Paroki Boro. Karena memang lokasinya berada di areal lahan Komplek Misi Boro.
Di dalam areal Komplek Misi Boro terdapat bangunan lainnya seperti:
- Pastoran dan kantor pengelola Gereja Paroki Boro.
- Rumah Sakit Santo Yusup yang diampu Kongregasi Suster Santo Fransiskus dari Tobat dan Cinta Kasih Kristiani (OSF Semarang).
- Biara Susteran St. Fransiskus (OSF) Boro.
- Bruderan FIC Boro.
- Panti Asuhan Sancta Maria Boro.
- Kompleks Pertenunan Sancta Maria.
- SD Marsudirini.
- SMP Pangudi Luhur yang diampu para bruder FIC.
Eksis sejak tahun 1931
Dalam sejarahnya, Gereja St. Theresia Liseux Paroki Boro ini selesai dibangun tanggal 31 Agustus 1931.
Sebelum punya gereja sendiri dengan gedungnya yang mulai dibangun, Boro awalnya merupakan bagian dari Stasi-stasi di kawasan Kalibawang.
Waktu itu, Kalibawang dan sekitarnya dilayani oleh Paroki Muntilan, Kabupaten Magelang.
Kehidupan iman kristiani di Boro mulai merekah kembali, saat Romo Johannes Babtist Prennthaler SJ -atau Romo Prennthaler- mulai ditugaskan menjadi pengampu reksa pastoral untuk wilayah Boro.
Komplek Misi Boro sendiri terdiri dari beberapa bangunan seperti gereja paroki, Susteran OSF, Panti Asuhan dan pabrik kain tenun Sancta Maria, Bruderan FIC Boro, Taman Kanak-Kanak dan SD Marsudirini, serta SMP Pangudi Luhur.
Romo Prennthaler SJ bangun Gereja St. Theresia Lisieux Boro
Pembangunan Gereja St. Theresia Lisieux Boro berlangsung dari tahun 1928 hingga 1938. Dengan bangunan pastoran sebagai bangunan pertama yang dibangun.
Setelah membangun pastoran, proyek dilanjutkan ke bangunan-bangunan lain. Kompleks panti asuhan yang menjadi bangunan terakhir yang dibangun.
Sumber dana yang digunakan untuk membangun Komplek Misi Boro diperoleh dari bantuan Negeri Belanda, mengingat biaya yang diperlukan tidak sedikit pada saat itu.
Namun demikian, Romo Prenntahaler SJ tidak ingin terlalu banyak bergantung pada Belanda. Ia mendirikan lembaga perkumpulan untuk menggalang dana dari para donatur.
Namanya Serikat St. Klaver, Rooms Katholieke Meisjes Hogere Burger School (Sekolah Tinggi Katolik Roma untuk pada Pemudik). Pusatnya di Amsterdam, Belanda.
Dalam perkembangannya, dana yang dibutuhkan untuk pembangunan gereja ternyata masih sangat kurang. Akhirnya, Romo Prennthaler SJ memilih untuk menutupi kekurangan dana tersebut.
Dengan mengambil dana pribadinya dari hasil menulis artikel di majalah Fahne Mariens, Katholische Mariens, serta menggalang dana dari tokoh-tokoh Katolik yang lain. Juga menjual perangko bekas.
Selain itu, umat Katolik Kalibawang juga ikut andil dalam pembangunan Komplek Misi Boro tersebut. Mereka juga berpartisipasi dalam menggalang dana untuk pembangunan, walaupun tidak banyak.
Lambat laun, kerjasama segala unsur masyarakat tersebut mampu membuat Komplek Misi Boro berdiri hingga saat ini.
Bangunan Gereja Boro
Secara khusus, Gereja Boro baru dibangun pada bulan Juni-Juli 1928.
Pastoran dan Gereja Boro adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan mengingat bangunan gereja tersebut baru didirikan satu tahun kemudian, setelah bangunan pastoran telah berdiri.
Pembangunanya sendiri dilakukan pada tahun 1929 dengan melibatkan beberapa tokoh perintis pembangunan Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Paroki Ganjuran: Dr. Schmutzer dan seorang arsitek bernama Maclaine Pont.
Awalnya, Dr. Schmutzer mengajukan gagasan untuk membangun gereja baru sebagaimana arsitektur gereja-gereja di Eropa.
Ide tersebut oleh Romo Prennthaler ditolak, karena dirasa tidak mencerminkan kondisi sosial budaya masyarakat di Boro.
Gereja dibangun dalam teras-teras dengan bagian tertinggi sebagai altar, kerangka dari bahan besi, dan tinggi fasad mencapai 16-20 meter.
Gereja juga menggunakan penutup berupa dinding, tetapi lebih cenderung terbuka seperti pendopo.
Sampai sekarang, Gereja Boro telah mengalami renovasi sebanyak tiga kali.
Yang terakhir dilakukan, setelah terkena dampak gempa bumi tahun 2006. Namun, ciri khas bangunan gereja yang didirikan oleh Romo Prenn tidak pernah berubah.
Taman Doa Bunda Maria Pelindung Keluarga Boro
Di sebelah utara gereja terdapat kompleks Peziarahan Makam Romo JB Prennthaler SJ yang kemudian berkembang menjadi Taman Doa Bunda Maria Pelindung keluarga.
Setiap malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon diadakan misa khusus di Kompkles Peziarahan dan Taman Doa ini.
12 Wilayah Paroki Boro: Kalibawang dan Samigaluh
Gereja Santa Theresia Lisieux Paroki Boro merupakan wilayah reksa pastoral Keuskupan Agung Semarang.
Wilayah paroki sendiri terbagi atas 12 Wilayah yang tersebar di dua Kapenewon yaitu Samigaluh dan Kalibawang.
- Di sebelah utara, Paroki Boro berbatasan langsung dengan Paroki Promasan.
- Di sebelah selatan berbatasan dengan Paroki Nanggulan dan Paroki Administratif Pelem Dukuh.
- Di Sebelah timur ada Sungai Progo yang membatasi Paroki Boro dengan Paroki Klepu dan Stasi Pojok.
- Di sebelah barat berbatasan langsung dengan wilayah Paroki Purworejo, Keuskupan Purwokerto.
Wilayah Paroki Santa Theresia Lisieux Boro mencakup sebagian Kecamatan Kalibawang dan hampir seluruh wilayah Kecamatan Samigaluh.
Secara garis besar, Paroki Boro memiliki 12 wilayah dengan 56 Lingkungan.
Wilayah 1 terdiri dari lima lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Matheus Boro Kulon.
- Lingkungan St Theresia Jetis Kulon.
- Lingkungan St Ignatius Ngaren.
- Lingkungan St. Petrus Jurang Depok.
- Lingkungan St Ignatius Borosuci/Tiban
Wilayah 2 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Yusup Tirip.
- Lingkungan St. Lukas Jurugan.
- Lingkungan St. Lukas Kalisoka.
Wilayah 3 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Yohanes Jetis Pancuran.
- Lingkungan St. Yusup Tosari.
- Lingkungan St. Stephanus Boro Wetan.
Wilayah 4 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Victor Kembang.
- Lingkungan St. Yohanes Gebiri.
- Lingkungan St. Yusup Boro Gunung.
Wilayah 5 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Antonius Nglebeng.
- Lingkungan St. Maria Gejlik.
- Lingkungan St. Thomas Gerpule
Wilayah 6 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Martinus Sorotanon.
- Lingkungan St. Theresia Kalijeruk.
- Lingkungan St. Fransiskus Blumbang
Wilayah 7 terdiri dari empat lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Agustinus Jogobayan.
- Lingkungan St. Yohanes Kriyan.
- Lingkungan St. Petrus Kedondong.
- Lingkungan St. Yusup Tukharjo
Wilayah 8 terdiri dari tiga lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Y. Bregmann Sudimoro.
- Lingkungan St. Philipus Hargogondo.
- Lingkungan St. Theresia Kisik Tlagan
Wilayah 9 yang lebih dikenal dengan nama Wilayah St. Yusup Balong. Terdiri delapan lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Maria dan Lucia Balong I, VIII.
- Lingkungan St. Veronika Balong V.
- Lingkungan St. Petrus dan Theresia Ngaran Kedungtawang.
- Lingkungan St. Paulus Balong VII.
- Lingkungan St. Elizabeth Sendangmulyo.
- Lingkungan St. Antonius Besole.
- Lingkungan St. Paulus Kaliwunglon.
- Lingkungan St. Yohanes Jomblangan
Wilayah 10 yang lebih dikenal dengan sebutan Wilayah Santa Lucia Kalirejo. Terdiri dari enam lingkungan yaitu:
- Lingkungan St. Yusup Jobolawang.
- Lingkungan St. Thomas Rasul Suren Mendolo.
- Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Plono Timur.
- Lingkungan St. Elizabeth Beteng.
- Lingkungan St. Ignatius Jetis.
- Lingkungan St. Antonius Plono Barat
Wilayah 11 lebih dikenal sebagai Wilayah St. Ignatius Loyola Samigaluh. Terdiri dari delapan lingkungan
- Lingkungan St. Yusup Ngaliyan Gunung A.
- Lingkungan St. Markus Ngaliyan Gunung B.
- Lingkungan St. Carolus Tulangan Trayu.
- Lingkungan St. Yohanes Paus Ngalyan Gunung A Bawah.
- Lingkungan St. Yohanes Rasul Canden.
- Lingkungan St. Fransiskus Xaverius Sumbo.
- Lingkungan St. Aloysius Kemiriombo.
- Lingkungan St. Theresia Alit Ngaliyan
Wilayah 12
Lebih dikenal sebagai Wilayah St. Maria Assumpta Gorolangu. Terdiri dari enam lingkungan
- Lingkungan St. Yusup Nyemani.
- Lingkungan St. Yohanes Maria Vianey Kagok.
- Lingkungan St. Paulus Gorolangu.
- Lingkungan St. Fransiskux Xaverius Barasan.
- Lingkungan St. Maria Tetes. Lingkungan St. Pulus Madigondo
Sumber:
- Buku Romo JB Prennthaler SJ: Perintis Misi Di Perbukitan Menoreh, Kenangan Penuh Syukur 75 Tahun Paroki St. Theresia Lisieux Boro.
- Situs resmi Paroki Boro: https://www.parokiboro.org/
Dokumentasi: Komsos Paroki Boro.