FAJAR telah merekah tersenyum
Angin lembut sepoi pagi
Menerpa tabir jendelaku
Ketika indra pandanganku terpaut
Kupu-kupu membujuri lingkup kehidupan
Syukur hatiku bersenandung
Keindahan alam mengagungkan.
Kisi-kisi jendela hatiku bertanya
Sejuta berkata penuh harapan
Kucoba untuk menyimpan rasa
Di balik tirai agenda hidup
Yang penuh tantangan.
Dalam ketulusan santun
Dan kebeningan jiwa
Jendela hatiku terlukis indah
Kuat kurasa menelusuri tapak kelam.
Merangkul insan lemah.
Oh Tuhan …
Hatiku berpaut pada-Mu
Jiwaku terpatri oleh-Mu
Semoga jendela hatiku
Terbuka luas terpancar keikhlasan
Untuk sesamaku yang malang dan derita.
——————-
Teman-Teman yang baik,
Hati selain pusat segala rasa, hati juga jendela segala rasa. Hati mampu menampung segala cita rasa kehidupan, termasuk mampu merasakan penderitaan yang dialami sesama. Dan sebagai jedela segala rasa, hati mampu menjadi corong sirkulasi cinta kasih Allah bagi sesama.
Jendela Hati merupakan sebuah ungkapan rasaku akan kehadiran dan keberadaan sesama yang menderita. Mereka adalah kaum disabilitas di panti Santa Dymphna, kaum di mana aku bisa membagi rasa kasih sayang dan cintaku lewat pelayananku. Dalam ketulusan dan kebeningan jiwaku, kurasakan tapak kelam yang mereka alami.
Hanya satu kekuatan untuk jendela hatiku yang sedang sendu, yaitu keterpautan jiwaku kepada Tuhan. Keterpautan hatiku kepadaNya itu, membuat jendela hatiku tetap terpatri padaNya dan yakin bahwa kuasaNya akan menyembuhkan mereka. Dan hatiku luas terpancar keikhlasan untuk sesamaku yang malang dan menderita.