Puncta 04.12.23
Senin Adven I
Matius 8: 5-11
DALAM jajaran Kepolisian tidak ada pimpinan sehebat Pak Hoegeng Iman Santoso. Kapolri kelima berpangkat jenderal itu punya dedikasi dan integritas tinggi. Hidupnya sangat sederhana dan tegas dalam bertindak. Ia menjadi teladan kepolisian sepanjang sejarah.
Kendati sudah berpangkat tinggi, dia dengan senang hati melayani masyarakat. Ia masih mau mengatur lalu lintas di perempatan jalan.
Kata-katanya yang ampuh adalah “Baik menjadi orang penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik.”
Kesederhanaan dan kejujuran melekat pada pribadi Pak Hoegeng. Ia tidak hanya memberi nasihat, tetapi menjalankan apa yang diyakininya.
Sikap itu diungkapkan kepada anak buahnya, “Selesaikan tugasmu dengan kejujuran, karena kita masih bisa makan nasi dengan garam.”
Banyak pengusaha ingin menyuap dia dengan barang-barang mewah, mobil dan fasilitas mahal. Tetapi Pak Hoegeng tidak mau menggadaikan kejujuran dan kesederhanaan dengan harta kekayaan.
Hidupnya sangat sederhana. Kerendahan hatinya disegani oleh mitra kerja dan bawahannya. Dia diakui sebagai teladan dan panutan para pimpinan di semua matra.
Yesus memuji seorang perwira di Kapernaum. Perwira itu peduli dengan anak buahnya yang sedang sakit. Ia datang kepada Yesus dan merendahkan dirinya.
Ia tidak “mentang-mentang” sebagai pejabat tinggi yang harus dihormati.
Tetapi dia merendahkan diri dengan berkata, “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.”
Perwira itu menempatkan dirinya seperti anak buahnya yang selalu siap jika diperintahnya. Ia berkata, “Pergi!” maka bawahannya langsung menjawab, “Siap laksanakan.”
Perwira itu memposisikan dirinya sebagai bawahan di hadapan Tuhan Yesus. Ia merasa tidak layak jika Tuhan datang ke rumahnya.
Yesus tidak perlu pergi. Hanya berkata sepatah kata saja, pasti hamba itu sembuh. Keyakinan yang luar biasa. Itulah yang dipuji Yesus.
Apakah kita sering merendahkan diri atau suka memerintah dan memaksa Tuhan untuk memenuhi permintaan kita? Bagaimana kita berdoa kepada Tuhan?
Seringkali kita justru menganggap diri sebagai Tuan dan Tuhan kita perintah seperti hamba yang harus segera melaksanakan dan mengabulkan permohonan kita.
Mari kita belajar dan meneladan Perwira Kapernaum itu atau contohlah sikap Pak Hoegeng yang rendah hati dan jujur dalam perilakunya kepada sesama.
Selamat datang sugeng rawuh,
Segera pintu akan dibukakan.
Orang sombong akan jatuh,
Yang rendah hati akan ditinggikan.
Cawas, mari terus belajar rendah hati
Rm. A. Joko Purwanto Pr