SERING orang mencemooh petugas Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar). Misalnya karena datang terlambat di lokasi terjadinya kebakaran atau alasan lainnya seperti susah dihubungi, dan seterusnya. Padahal, kalau melihat kinerja para awak Damkar itu di lokasi kejadi, rasa-rasanya mereka memang memegang teguh sesanti etos kerja mereka, yakni “Pantang Menyerah Pulang, sebelum Api Padam”.
Saya menyaksikan pemandangan seperti itu di pagi hari, ketika jalanan di Jakarta masih lengang oleh beban berat lalu lintas yang menyesaki ruang publik bernama jalanan umum. Di pagi yang lengang itu, sebuah bus TransJakarta tengah mengalami kebakaran hebat di sebuah titik ruas Jl. Latuharhary, Menteng, Jakarta Pusat.
Tampaknya, bus malang ini sudah terbakar kurang lebih 30 menit sebelum saya secara tak sengaja tiba di TKP. Puluhan polisi berpakaian dinas dan sipil sudah berada di lokasi. Tentu saja, juga para awak petugas Damkar DKI Jakarta yang sudah berjibaku berusaha memadamkan api yang telanjur melalap habis bodi bus TransJakarta berenergi gas itu.
Konon, kata penduduk setempat yang ikut menonton proses kebakaran ini, sebelum api cepat melahap bodi bus ini sempat terjadi ledakan. Sangat mungkin, ledakan itu berasal dari tabung gas yang terkena efek panas api.
Itu tak terlalu penting.
Saya lebih tertarik melihat bagaimana kesiapan petugas kepolisian, TNI, dan tentu saja Damkar DKI cepat tanggap merespon situasi: kebakaran yang melanda bus TransJakarta yang melaju di Jl. Latuharhary. Syukurlah, kata orang, sopir dan kernetnya berhasil menyelamatkan diri. Juga, lagi-lagi kata orang di kerumunan jalan, di pagi itu belum ada penumpang yang naik di bus malang ini.
Berjibaku melawan api dan panas yang muncul dari kobarannya adalah semangat para petugas Damkar. Selain melawan panas, mereka juga melawan rasa takut. Juga, berjibaku melawan beban berat selang berisi muntahan air yang mengalir dari mobil-mobil Damkar.
Beberapa kali terlihat sejumlah petugas tergopoh-gopoh menarik selang berisi air tersebut ke areal bodi bus yang masih terbakar. Terutama bagian belakang bodi bus yang sesekali kelihatan padam, namun sejurus kemudian ‘meledak’ lagi kobaran api disertai warna biru kehijauan. Pengetahuan awam saya mengatakan, bisa jadi itu efek gas.
Syukurlah, tak sampai 20 menit di situ, kobaran api pun padam.
Saya melanjutkan perjalanan sembari merenungkan etos kerja ‘jibaku’ para anggota Damkar DKI.