Jiwa Sehat Perlu Makanan Rohani yang Sehat

0
2,281 views
Ilustrasi - Mens sana in corpore sano (Juvenal)

Bacaan 1: 2Tes 2:1-3a. 13b-17
Injil: Mat 23:23 – 26

MUNGKIN istilah “Mens sana in corpore sano” sudah tidak asing lagi di telinga setiap orang. Artinya, dalam badan yang sehat, maka terdapat jiwa yang sehat.

Tapi, benarkah itu demikian? Menurut saya, pemahaman ini sudah dipelintir. Karena kalimatnya dipotong.

Dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan Tempo Institute bekerjasama dengan Sari Husada di Restoran Omah Duwur Kotagede Yogyakarta, 11 September 2013 lalu Prof. Dr. Damarjati Supadjar, ahli filsafat UGM, menjawab keraguan itu. “Ini karena kalimat itu tidak dipahami secara utuh,” katanya.

Menurut dia, bunyi utuh kalimat itu “Orandum est ut sit mens sana in corpore sano” artinya “Marilah kita berdoa semoga di dalam tubuh yang sehat terdapat pula jiwa yang sehat.”

Ada usaha dalam doa terlebih dahulu, artinya memohon kesehatan dari dalam (hati) bukan dari luar (fisik).

Kalau kita lihat di TV, para koruptor itu badannya sehat-sehat dan kuat-kuat bahkan kalau disorot kamera bisa tersenyum dan melambaikan tangannya. Apakah ini jiwanya sehat?

Kalau kemudian mereka sakit dan dirawat biasanya malah pura-pura sakit. Ini malah menambah keyakinan saya bahwa mereka memang sakit jiwa.

Bandingkan dengan orang gila, apakah badan mereka sakit? Menurut saya malah sehat walafiat, namun jiwanya yang sakit.

Hari ini Tuhan Yesus mengkritik habis para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang dikatakan-Nya munafik. Sok religius tapi ternyata hanya mengurusi hal-hal remeh temeh persembahan (ibadah). Namun malah tidak memilik rasa keadilan dan kasih kepada sesama (mengabaikan yang besar).

Maka Tuhan Yesus bersabda, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih”.

Mereka hanya memperhatikan tampak luar saja padahal dalamnya (jiwanya) busuk.

Dalam peneguhannya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus mengatakan agar jangan terpengaruh oleh para pengajar palsu yang ingin menyesatkan.

Mereka mengajarkan bahwa parousia (kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya) sudah tiba.

Padahal Paulus tidak pernah mengajarkan begitu, malah menurut Paulus peristiwa parousia akan dicirikan oleh “kemurtadan kekristenan” serta “anti-Kristus” (penyesat internal, ngaku Kristen padahal menentang keilahian-Nya).

Pesan hari ini

Untuk mendapatkan badan sehat maka perlu makanan sehat, demikian pula untuk mendapatkan jiwa sehat maka perlu makanan rohani yang sehat.

Bukan makanan rohani yang disajikan oleh para guru palsu atau penyesat, seperti kata Rasul Paulus. Iman harus disertai dengan perbuatan baik agar memenuhi Hukum Kasih-Nya.

“Jika kamu ingin menyelamatkan jiwamu, lupakan kenyamananmu.” (Leo Tolstoy). T

etaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.

Bersatu Melawan Coronavirus

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here