MALAM belum sepenuhnya sirna. Kegelapan masih terasa semburat meninggalkan jejaknya di atas langit Alam Sutera, Tangerang, ketika ribuan peserta acara Joyful Run AYD 2017 mulai menyemut memasuki ruas badan jalan utama yang berlokasi persis di depan Mal Alam Sutera.
Matahari masih malas menampakkan wajahnya di ufuk timur, ketika ribuan orang peserta acara ini mulai menyesaki lahan luas di sekitaran panggung utama. Sementara sebagian orang masih sibuk berbenah diri jauh di luar panggung utama pentas –karena masih berganti kostum dan kegiatan lainnya di arena parkiran mal— maka ribuan orang lainnya sudah berbalut semangat 45 dan tinggal menunggu ‘komando’ untuk beraksi.
Atmosfir sukacita bersama
Ini bukan demo, melainkan hanya sebuah peristiwa sederhana: lari-lari pagi dan jalan-jalan santai yang dilakukan ribuan orang dengan membawa serta atmosfir sukacita. Karena itu, di tengah ribuan orang yang kemudian menyesaki lahan di seputaran panggung utama, mereka meregang-menahan nafas; seakan tak kuasa lagi untuk kemudian berlari kencang atau berjalan santai menuju titik-titik singgung sebagaimana telah ditentukan rutenya oleh Panitia Joyful Run AYD 2017 ini.
Waktu akhirnya menunjukkan pukul 06.00 WIB. Namun, matahari tetap saja masih malas menampakkan kegarangannya, setelah semalaman kawasan Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan sangat lebat. Di atas langit Alam Sutera, pendaran sinar terang mulai mendarat sedikit menerangi awal hari Minggu tanggal 7 Mei 2017.
Itulah momennya, ketika ribuan orang dengan antusiasme luar biasa besar tinggal menunggu ‘komando’ –lambaian flag off—untuk segera berlari dan berjalan santai.
Cinta tanahair dan Gereja Katolik Indonesia
Tapi tunggu dulu. Alunan semangat nasionalisme dan cinta mati atas kebhinekaan Indonesia mulai mengisi hati, ketika ribuan peserta acara Joyful Run AYD 2017 ini melantukan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Di tengah suasana pagi hari di bawah minimnya terang matahari namun dengan embusan angin alam yang segar usai guyuran hujan sepanjang malam, maka suasana ceria untuk berolahraga bersama dalam balutan semangat cinta Tanahair dan Gereja Katolik Indonesia itu begitu terasa mencekat.
Indonesia Raya –lagu nasional kita— serasa ikut menyatukan semangat nasionalisme ribuan orang peserta Joyful Run AYD 2017, memompa gelora cinta mereka akan Indonesia dan Gereja Katolik Indonesia. Di sebuah kemasan acara olahraga yang bebas dari muatan politik, rasanya acara berlabel Joyful Run 2017 ini telah menjadi lahan kegembiraan bersama ribuan peserta.
Acara itu juga sekaligus menjadi “ruang waktu” dimana setiap warga negara RI bisa secara bebas merdeka meletupkan semangat nasionalisme dan gelora cintanya akan NKRI dan Gereja Katolik Indonesia.
Tanpa sekat
Di situ tidak ada sekat-sekat perbedaan. Semuanya larut dalam atmosfir sukacita bersama.
Lihatlah di antara 5.500-an peserta Joyful Run AYD 2017 ini, banyak peserta datang dari berbagai elemen masyarakat. Di situ ada yang tua, muda, remaja, bahkan anak kecil maupun mereka yang sudah boleh dibilang sangat uzur. Namun, semua hepi karena setiap peserta meyakini telah berada masuk pada ‘ruang waktu’ semangat yang sama: mencintai kebhinekaan Indonesia, menjaga semangat nasionalisme dan keutuhan NKRI dan tentu saja “100 % katolik, 100 % Indonesia” –sesanti populer yang pernah dikumandangkan Romo Kandjeng Mgr. Albertus Soegijapranata SJ –Uskup pribumi Indonesia pertama dan Uskup Agung Semarang.
Acara Joyful Run AYD 2017 ini benar-benar membawa semangat anti sekat-sekat sosial. Selain beda umur, ribuan peserta ini juga datang dari berbagai lapisan sosial yang sangat beragam di masyarakat.
Dari tampilan fisik melalui pesona wajah manusia, juga bagaimana tubuh ragawi mereka itu sengaja ‘dikemas’ maupun banyaknya pernak-pernik aksesori yang ikut menempel pada bentuk ragawi mereka –taruhlah itu seperti merek sepatu, kacamata rayban, jam tangan, gadget dan earphone— sudah sangat jelas bahwa ribuan peserta lari-lari pagi dan jalan sehat ini berasal dari berbagai elemen sosial di masyarakat.
Di situ ada yang datang dari kelompok crème de la crème baik dari perspektif sosial maupun kemampuan ekonomi. Begitu pula ada yang datang dari kalangan selebriti yakni mereka yang sudah biasa tampil tenar di jagad pentas hiburan baik di dunia nyanyi, pranata cara (MC), musik, dan aneka program reality show lainnya. Jangan lupa bahwa di situ juga ada masyarakat biasa yang namanya takkan pernah muncul di panggung hiburan, selain hanya di jalur medsos atau di lingkup pertemanan antar kawan dan kerabat dekat.
7th Asian Youth Day 2017 di Yogyakarta
Tapi itulah apiknya acara yang mengusung label Joyful Run AYD 017 ini. Sebuah program olahraga hepi-hepi yang telah dikemas apik oleh Komisi Kepemudaan (Kopkep) KWI bersama panitia khususnya. Kegiatan olahraga dan jalan-jalan sehat bersama di pagi hari ini memang sengaja dikemas sebagai program acara berkategori pre-event jelang penyelenggaraan 7th Asian Youth Day 2017.
Program 7th AYD di Yogyakarta itu sendiri baru akan berlangsung mulai tanggal 30 Juli sampai dengan 6 Agustus 2017 mendatang.
Baca juga:
- Paus tak Akan Hadiri 7th Asian Youth Day di Yogyakarta 30 Juli sd 6 Agustus 2017
- Serba-serbi Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Yogyakarta 30 Juli sd 6 Agustus 2017
Ini prediksi Komkep KWI sebagaimana resmi dirilis oleh Mgr. Ignatius Suharyo dalam kapasitasnya sebagai Ketua KWI bersama Mgr. Pius Riana Prapdi sebagai Ketua Komkep KWI di awal bulan Maret 2017 lalu. Yakni, tak kurang sebanyak 3.000-an OMK dari 30 negara di Asia ini akan datang ‘mengeroyok’ Keuskupan Agung Semarang –tepatnya Yogyakarta—untuk berpartisipasi pada perhelatan iman Orang Muda Katolik se-Asia ini yang mengusung tema apik: “Joyful Asian Youth: Living the Gospel in Multicultural Asia!”
Baca juga:
- A Yogyakarta la prossima Giornata della gioventù asiatica: in arrivo giovani da 29 Paesi
- The “Days in the Diocese” for Asian Youth Day 2017
- 3.000-an OMK dari 29 Negara di Asian Youth Day ke-7 di Yogyakarta 30 Juli – 6 Agustus 20171
Yang terjadi di kawasan Alam Sutera, Tangerang, di awal pagi hari di pekan pertama hari Minggu tanggal 7 Mei 2017 tadi memang hanyalah sebuah acara hiburan berupa lari-lari sehat dan jalan santai. Namun di balik itu, rasanya semua orang menangkap esensi penting yang barangkali tidak semua orang dengan gampang mencecapnya.
Yakni, menggelorakan semangat cinta olahraga, semangat nasionalisme cinta kebhinekaan Indonesia dan utuhnya NKRI. Juga yang tak boleh ketinggalan adalah komitmen penting untuk terus menggelorakan sesanti “100% katolik, 100% Indonesia” yang secara amat subtil ingin ditiupkan oleh panitia melalui kegiatan lari-lari kecil dan jalan-jalan sehat demi semangat kebersamaan dan persatuan antar elemen masyarakat lintas agama, lintas segmen sosial, dan lintas umur.
Kredit foto: Mathias Hariyadi/Sesawi.Net
LUAR BIASAAAAA….. kami yang hanya ikut dalam hati saja merasa bangga, terharu.