Jumat, 5 Januari 2024
- 1 Yoh 3: 11-21.
- Maz 100 : 1-2.3.4.5.
- Yoh 1:43-51.
SEMUA orang ingin dihargai secara obyektif. Namun tidak sedikit orang yang punya cara pandang dan penilaian terhadap sesama kadang dilakukan berdasarkan apa yang tampak di depan mata atau apa yang didengar oleh telinga.
Singkatnya, manusia mudah menilai sesuatu atau seseorang dari luarnya saja. Tanpa disadari, cara pandang semacam ini membuat orang lebih mementingkan hal-hal yang tampak di permukaan. Dalam hal doa maupun ibadah, hal ini pun kerap terjadi, padahal kita tahu bahwa Tuhan melihat hati umat yang berdoa kepada-Nya.
Tuhan ingin kita ini tidak hidup dalam kepalsuan dalam diri ini. Sikap jujur tanpa bertopeng Ini membutuhkan kerelaan dan keberanian untuk memilih hidup apa adanya.
“Saya tidak memilih pekerjaan ini, namun karena terpaksa maka saya jalani kehidupan seperti ini,” kata seorang ibu yang sehari-hari bekerja di perempatan jalan sebagai badut.
“Dua tahun lalu suamiku jatuh waktu bekerja sebagai tukang bangunan hingga membuat dia tidak bisa beraktivitas apa pun,” ujarnya. “Sejak saat itu untuk menyambung hidup saya jadi badut di perempatan jalan ini,” sambungnya.
“Saya awalnya bekerja di tempat orang, tapi kebutuhan keluarga yang cukup banyak membuat saya mencoba pekerjaan ini,” kisahnya.
“Dari pekerjaan ini saya bisa mendapatkan cukup lumayan Rp 80-100 ribu sehari hingga bisa mencukupi kebutuhan dan membawa suami ke rumah sakit,” lanjutnya.
“Ingin saya bekerja seperti orang lain tanpa menggunakan topeng seperti ini. Tetapi karena mencari pekerjaan saat ini sangat sulit, maka untuk sementara saya tekuni pekerjaan ini,” tegasnya.
“Yang penting saya jujur dan tidak mencuri. Topeng ini membuat saya menampilkan diri sebagai orang lain. Namun hatiku dan jiwaku tidak akan pernah berubah,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel.”
Kita bisa melihat bahwa ada kualitas dalam diri Natanael yang dilihat oleh Yesus. Tidak ada kepalsuan berarti tanpa tipu daya, tanpa kebohongan, tidak bermuka dua, dan tidak dibuat-buat. Apa yang tampak di permukaan merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam dirinya; ia tidak pernah berpura-pura.
Begitulah Natanael dalam pandangan Yesus. Yesus sungguh mengenal diri orang ini, bukan dari permukaan semata, melainkan juga di kedalaman hatinya.
Natanael menjadi contoh bagaimana beriman kepada Tuhan. Orang yang tanpa kepalsuan dengan segera akan percaya kepada Tuhan sebab hatinya tulus dan murni.
Hidup tanpa kepalsuan akan mempermudah perjalanan iman kita, mempermudah pula dalam mengikuti tuntunan Tuhan. Yang membuat hidup ini rumit adalah pikiran dan hati yang berbelit-belit.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku jujur dalam hidup ini, atau aku suka berbelit-belit dalam hidup ini?