IBADAT Jumat Agung yang dipimpin oleh Paus Fransiskus diadakan di Kolosseum, Roma.
Paus dalam doanya mengingatkan umat yang hadir akan penganiayaan manusia. “Salib Kristus di dunia saat ini adalah saudara-saudara kita yang dibunuh, dibakar, dibunuh dengan kejam oleh pedang tak beradab dan kesunyian yang pengecut.”
Paus kembali menyinggung pihak-pihak yang terlibat dalam kekerasan – pengkhianat, pedagang senjata, dan semua yang memusnahkan tanah air kita bersama.
“Hari ini kita melihat Yesus yang tersalibkan dalam wujud wajah anak-anak, wanita dan semua orang yang teraniaya, yang ketakutan, yang melarikan diri dari perang dan kekerasan. Tetapi mereka pada akhir pelariannya lebih sering bertemu maut dan Pilatus-Pilatus yang mencuci tangan,” demikian doa Paus ke-266, imam Jesuit pertama yang menjadi Paus ini.
Paus Fransiskus juga mengajak umat mendoakan mereka yang berniat menghilangkan Tuhan dari tempat-tempat umum dan dari ruang publik dengan alasan sekularisme dan kesamaan.
Salib Kristus juga terlihat di antara para orang tua renta yang disingkirkan dan di antara para migran yang meninggal dalam upaya mencapai wilayah Eropa.
“Sekarang Laut Mediterania dan Laut Aegean menjadi tempat pemakaman yang tidak ada puasnya. Ini mencerminkan ketidakacuhan dan ketidakpedulian nurani kita,” tungkas Paus yang dengan nama lahir Jorge Mario Bergoglio ini.
Selain dalam penderitaan, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa Salib juga ditemukan di antara orang-orang yang memiliki kehendak baik: keluarga, sukarelawan, serta biarawan-biarawati yang meninggalkan segalanya untuk mengabdikan diri dalam evangelisasi nyata mendampingi yang miskin dan terpinggirkan.
Doa-doa tersebut disampaikan Paus setelah penyembahan salib dan refleksi yang dibawakan oleh Kardinal Galtiero Bassetti.
Refleksi tahun ini menyinggung mengenai imigran, penganiayaan minoritas, dan semua yang menderita.
Kredit: CNA
