Bacaan 1: Hos 8:4-7. 11-13
Injil: Mat 9:32-38
PEPATAH ini berasal dari pepatah Jawa, “Aja dadi kacang sing lali kulite”. Pepatah ini sering dikenakan kepada orang-orang sombong yang lupa asal-usulnya atau orang kaya yang lupa kemiskinannya, dan masih banyak lagi.
Pantas untuk selalu diingat, siapa saya dulu.
Ketika sudah sukses dan berada di atas, jangan melupakan latar belakang, keluarga atau orang-orang yang membesarkan. Tanpa mereka, bisa jadi kamu tidak akan pernah sampai pada posisi itu.
Dalam konteks alkitab, bangsa Israel kuno bisa menjadi contoh pepatah tersebut.
Empat ratus tahun mereka menjadi budak di Mesir, lalu diangkat keluar oleh Allah menuju “Tanah Terjanji” negeri elok amat subur.
Namun, bukannya mewujudkan rasa terima kasihnya pada-Nya malah berselingkuh menyembah berhala.
Mereka mengangkat raja, padahal pengangkatan raja adalah hak prerogatif Allah.
Mereka “menabur angin dan menuai puting beliung”.
Israel telah melupakan Pembuatnya dan telah mendirikan istana-istana.
Yehuda memperbanyak kota-kota berkubu; tetapi Aku akan melepas api ke dalam kota-kota mereka, sehingga puri mereka dimakan habis.
Demikian murka Allah seperti dinubuatkan oleh Nabi Hosea, menyebut keruntuhan Israel sebagai akibat kedurhakaannya.
Kelompok Farisi selalu merasa paling religius dan benar.
Mereka merasa tidak nyaman dengan kehadiran Yesus, yang adalah Allah Putera. Dengan kuasa ilahi-Nya, Ia mampu mengalahkan alam dan setan.
Bukannya menyembah sujud pada-Nya, mereka malah mengatakan kekuatan Yesus berasal dari setan. Hal ini dilakukan untuk mempengaruhi orang banyak agar tidak kehilangan pengikutnya. Namun hal itu tidak ditanggapi-Nya.
Tuhan Yesus terus mewartakan kabar gembira ke semua kota dan desa. Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Surga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
Orang-orang Farisi diberikan pengetahuan dan akal budi untuk mengenal Allah. Namun tidak mampu mengenal keilahian Yesus, “kacang yang lupa kulitnya”.
Pesan hari ini
Jadilah orang rendah hati yang tak jumawa dengan pujian-pujian yang berujung pada kejatuhanmu.
Saya bukan siapa-siapa, tanpa campur tangan Tuhan.
“Kerendahan hati adalah tanda pengetahuan sejati.”