YANG satunya uskup agung di Diosis Semarang, yang lainnya ‘cukup’ romo biasa dengan titel rohani Yesuit. Mereka ini adalah Uskup Agung Semarang Mgr. Yohannes Pujasumarta Pr dan kakak kandungnya yakni Romo Ismartana SJ.
Lama berkecimpung di reksa pastoral rohani di kalangan mahasiswa di Jakarta –terutama di Kampus UI Depok—Romo Ismartana SJ yang lahir dan besar di Solo tidak serta merta langsung masuk seminari. Romo Is –demikian beliau ini biasa disapa akrab—menyelesaikan pendidikan sekolah menengahnya di SMA Yosef Solo.
Lain halnya dengan adiknya yakni Mgr. J. Pujasumarta Pr yang sejak usia sangat muda –selepas sekolah SMP—lalu masuk Seminari Mertoyudan. Jauh-jauh hari sebelum ditahbiskan menjadi Uskup Bandung, Mgr. Puja lebih banyak menekuni reksa pendidikan calon imam.
Bertahun-tahun lamanya, Romo Puja –demikian Monsinyur yang dulu suka berkebun dan memelihara burung merpati biasa disapa oleh para seminaris—menjalani tugas imamatnya sebagai pendidik para seminaris muda di Unit Medan Madya II (kelas 2) di Seminari Mertoyudan Magelang. Romo Puja tekun menjalani tugas istimewa ini bersama Rektor Seminari waktu itu yakni almarhum Romo Th. Helsloot SJ, Romo J. Darmaatmadja SJ (yang kemudian ditahbiskan menjadi Uskup Agung Semarang dan memperoleh gelar kardinal), dan almarhum Romo Soenardi Soenarwidjaja SJ.
Selepas berkarya di Seminari Mertoyudan, Romo Pujasumarta berkarya sejenak di Pendidikan Tahun Rohani untuk para frater praja (diosesan) di Wisma Jangli Semarang dan baru kemudian ditugaskan belajar spiritualitas di Roma hingga memperoleh gelar doktor. Di kemudian hari, Romo Puja bertugas sebagai pendidik untuk para frater mahasiswa di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan sebagai Rektor.
Akhirnya, Romo Puja mendapat tugas istimewa dari Vatikan untuk ditahbiskan menjadi uskup di Diosis Bandung. Hanya berlangsung sampai kurang lebih tiga tahun saja, Mgr. Pujasumarta Pr ditugaskan “pulang mudik” ke Keuskupan Agung Semarang oleh Tahta Suci menjadi Uskup Agung di Diosis Semarang.
Uskup gaul Ada yang sangat istimewa pada diri Mgr. Johannes Pujasumarta Pr ini.
Sangat berbeda dibanding ketika masih menjadi Romo Pamong di Unit Medan Madya 2 di Seminari Mertoyudan dulu, beliau dikenal sebagai imam sangat sederhana, bertutur kata santun, dan sangat perhatian pada seminaris, dan cenderung berpenampilan “apa adanya”. Namun sekarang, Mgr. J. Pujasumarta boleh dibilang uskup “gaul” dengan sangat aktifnya beliau mengisi blog pribadinya dengan laporan karya pastoral, renungan, dan catatan perjalanan pastoralnya. Beliau sangat mengakrabi dunia internet, multimedia, dan tentu saja yang paling trendi saat ini: ber-bbm ria.
Blog pribadi Mgr. Johannes Pujasumarta Pr adalah www.pujasumarta.multiply.com.
Sebagai uskup, beliau mengusung motto Duc in Altum yang berarti “Bertolaklah ke (tempat) yang lebih dalam”.
Sementara kakak kandung Monsinyur yakni Romo Ismartana SJ lebih banyak berkarya di pelayanan khusus. Setelah bertahun-tahun menjadi pendamping mahasiswa di Pasturan Mahasiswa Depok, Romo Is akhirnya “berlabuh” beberapa lamanya di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai Sekretaris Komisi Hubungan Antarkepercayaan (HAK).
Di KWI, Romo Is juga mengelola unit Crisis Centre. Sekarang, beliau juga mendapat tugas khusus dari Provinsi Yesuit Indonesia. (Bersambung)