LAHAN kosong nan luas masih teronggok di kompleks Biara Klaris Kapusines St. Klara yang berlokasi di tepi jalan utama rute Atambua-Kefamenanu-Soe-Kupang. Dalam biara ini hanya ada delapan suster rahib kontemplatif yang melakoni hidup kesehariannya hanya dengan dua kegiatan: berdoa dan bekerja internal untuk sekedar menghidupi diri mereka sendiri.
Ketika panggilan hidup membiara atau menjadi religius kian merosot pada dasawarsa terakhir ini, maka kegelisahan juga melanda Sr. Yulita Michaela Gumulia OSC Cap (Ordo Sanctae Clarae Capuccinarum), pemimpin biara Klaris Kapusines St. Klara di Kefamenanu ini. Bersama beberapa teman Klaris Kapusines dari Sikeben di Sumatera Utara pada tahun 2006 silam, suster rahib ini ikut merintis berdirinya Biara St. Klara di Kefamenanu ini.
Baca juga: Mereguk Keheningan di Biara Klaris Kapusines St. Klara Kefamenanu, Timor, NTT (1)
Berharap ada banyak panggilan
Tahun-tahun sebelumnya, kata Sr. Y. Michaela OSS Cap, bersama sejumlah suster dan pastor dari Ordo dan Kongregasi lainnya, ia sering ‘turun ke lapangan’. Sejenak meninggalkan keheningan di Biara St. Klara, Sr. Michaela OSC Cap datang ke paroki-paroki dan sekolah-sekolah menengah di Timor untuk memotivasi anak-anak muda agar tertarik melakoni hidup sebagai rahib kontemplatif pengikut Ordo Santa Klara dan menjalani keseharian hidup berdasarkan semangat spiritualis Santo Fransiskus Assisi.
“Beberapa orang telah datang, namun beberapa pula akhirnya meninggalkan biara karena tidak merasa krasan dengan ritme kehidupan di biara,” kata Suster Michaela OSS Cap, puteri kelahiran Pulau Telo yang karena saking kecilnya di selatan Pulau Nias di Sumatera Utara sampai tidak pernah ada noktah kecil pun di peta geografi Indonesia.
Sejak orangtuanya pindah ke Surabaya, ia mengaku sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah datang mengunjungi Pulau Telo di selatan Pulau Nias ini.
Meski demikian, Sr. Michaela OSS Cap mengaku tak berhenti menaruh harapan agar benih-benih panggilan itu tetap ada. Beberapa waktu lamanya, ia malah kedatangan ‘tamu tak diundang’ yang menyatakan keinginannya untuk bergabung masuk menjadi anggota komunitas rahib kontemplatif Klaris Kapusines ini.
“Yang begini ini, benar-benar merupakan sebuah rahmat tak terduga,”ungkapnya serius.
Satu kamar tamu berkapasitas dua orang
Berdiri resmi sejak tahun 2006 silam, Biara Klaris Kapusines St. Klara hingga sekarang hanya mempunyai satu unit kamar tamu saja. Dalam kamar ini tersedia dua bed, berikut kamar mandi di dalam. Tidak tersedia kamar mandi atau WC di luar kamar tamu ini.
Padahal, kata Sr. Michaela OSC Cap menjawab Sesawi.Net, banyak orang telah datang mengunjungi Biara St. Klara ini untuk berbagai keperluan pribadi.
Sebagian ingin menikmati keheningan total, menarik diri dari keramaian umum sehari-hari, membuang kepenatan jiwa, mereguk kembali energi rohani melalui doa-doa, meditasi, dan renungan-renungan Kitab Suci sembari menikmati kesendirian bersama alam dan Tuhan. “Singkat kata, mereka ingin melakukan rekoleksi pribadi atau retret bimbingan di Biara St. Klara ini,” kata Suster Michaela OSC Cap.
Sebagian lainnya memang hanya ingin menyendiri. Mengambil jeda waktu sebentar, keluar dari rutinitas, dan menatap hidup ke belakang dan ke depan untuk kemudian menata diri. Tidak harus melakukan rekoleksi atau retret bimbingan, namun mereka ini memang hanya ingin ‘sendiri’, jauh dari keramaian.
Biara Klaris Kapusines St. Klara di Kefamenanu tidak menolak kedatangan mereka. Sebaliknya, para suster rahib anggota Ordo Santa Klara ini malah menyambut hangat para tetamu yang datang dan ingin tinggal menginap di biara ini. Hanya saja, kapasitas inap biara ini sampai hari ini hanya tersedia 1 unit kamar tamu berkapasitas hanya dua bed saja. Tidak ada lain kamar tamu lainnya.
Tamu memang tidak diizinkan masuk ke klausura yakni lokasi biara yang terlarang dimasuki oleh orang luar, selain para rahib perempuan anggota biara ini. Karenanya, para tetamu luar yang bermaksud datang dan kemudian tinggal menginap terpaksa sering kali harus membatalkan niat baiknya untuk melakukan rekoleksi atau mereguk keheningan di alam terbuka dan jauh dari keramaian umum. Semata-mata hanya karena di Biara St. Klara ini tidak ada fasilitas pendukung untuk menampung keinginan luhur itu yakni tidak ada kamar tamu lain selain hanya satu unit kamar tamu untuk hanya dua orang saja.
Fasilitas kamar tamu
Karena itu, Sr. Michaela berharap besar bahwa sekali waktu Biara Klaris Kapusines St. Klara di Kefamenanu bisa membangun fasilitas kamar-kamar penginapan untuk para tetamu luar yang datang dan bermaksud menginap untuk keperluan pribadi. Apakah itu rekoleksi dan retret terbimbing atau keperluan lainnya seperti sejenak keluar dari rutinitas dan mereguk keheningan, berdoa bersama alam dan Tuhan di alam terbuka jauh dari keramaian umum ini.
Idealnya, kata Sr. Michaela OSC Cap, Biara St. Klara ini bisa memiliki setidaknya 10 unit kamar tamu yang berlokasi terpisah dari ‘induk’ bangunan utama biara. Satu unit kamar tamu berkapasitas dua bed yang nginduk pada biara sangat tidak ideal, manakala para peserta rekoleksi pribadi atau niatan lain ingin melakukan kegiatan pribadi mandiri dan tidak ingin “mengganggu” rutinitas para suster rahib yang hidupnya hanya untuk berdoa dan bekerja internal ini.
Dengan demikian, kata Sr. Michaela, kalau sekali waktu mimpinya atas fasilitas kamar tamu berikut fasilitas ruang pertemuan dan kamar makan/cuci piring-gelas itu terwujud, maka keseharian hidup para suster yang banyak berdoa ini tidak perlu lagi diganggu oleh para tamu.
Para tamu bisa melakukan kegiatannya sendiri, sementara para suster rahib kontemplatif juga bisa melakukan kegiatan berdoa dan bekerja tanpa harus dimintain tolong ini dan itu oleh para tamu yang datang menginap.
Semoga, mimpi dan harapan ke depan ini sekali waktu bisa terwujudkan berkat kemurahan hati orang lain yang ingin membantu Biara Klaris Kapusines St. Klara di Kefamenanu, Kab. TTU (Timor Tengah Utara), Timor, NTT ini.