KALAU ada raja yang hidupnya terlunta-lunta karena dampak perang saudara, maka itulah Raja Norodom Sihanouk dari Kerajaan Kamboja. Tahun 1970 dengan muka malu, Raja Sihanouk terpaksa melepas kursi empuknya saat masih melawat di LN karena didepak paksa oleh PM Lon Nol yang kala itu nekad berselingkuh politik dengan Cambodian National Assembly.
Karena kisruh itu, Raja Sihanouk terpaksa hidup di pengasingan. Mula-mula mendapat tempat terhormat di RRC dan kemudian mengungsi ke Pyong Pyang, Korut. Monarki Kamboja diruntuhkan oleh Lon Nol yang kemudian membangun rezim baru bernama Republik Kamboja.
Ketika Lon Nol jatuh tahun 1976 karena perlawanan Khmer Merah, lagi-lagi Raja Sihanouk mendapat tempat terhormat. Namun itu hanya berlangsung setahun saja, karena Pol Pot yang komunis menyuruh raja hengkang keluar Kamboja kalau mau selamat. Tak ayal, Sihanouk pun lari ke pengasingan dan lagi-lagi Beijing dan Pyong Pyang menjadi sandaran hidup Sang Raja.
Meskipun rezim komunis Pol Pot berhasil ditekuk kalah oleh Heng Samrin dengan bantuan Viet Nam, namun tak serta merta Raja Sihanouk bisa kembali menduduki tempat terhormat. Baru setelah Hun Sen naik tahta menjadi PM Kamboja menggantikan pemerintahan boneka Viet Nam di Phnom Pehn, Raja Sihanouk boleh bernafas lega. Tahun 1993, Sihanouk kembali dikukuhkan menjadi penguasa Monarki Kerajaan Kamboja.
Minggu (30/10) ini menjadi hari ulang tahun ke-20 Raja Sihanouk menjejakkan kaki kembali di tanah kelahirannya setelah hampir 13 tahun hidup di pengasingan antara lain di RRC dan Korea Utara. Sebuah upacara sederhana di gelar di Istana Kerajaan di jantung kota Phnom Penh.
Kepada rakyat Kamboja, Sihanouk yang kini sudah uzur pada usia 89 tahun berjanji takkan pergi mencari selamat sendiri di negeri asing ketika Kamboja lagi dirundung bencana politik. Dalam usianya yang sudah rapuh inilah, Sihanouk berkali-kali harus terbang ke Beijing untuk perawatan kesehatan.
Dalam acara seremonial ini, Sihanouk didampingi Raja Norodom Sihamoni yang kini resmi menggantikannya dan penguasa riil Kamboja yakni PM Hun Sen.