Kamis, 25 Maret 2021: Bunda Maria Menolongku

0
508 views
Berdoa dan menyalakan lilin di The Virgin Mary Church "Goshin" di Wadi, Kairo, Mesir. (Mathias Hariyadi)

Maria Menerima Kabar Sukacita

Bacaan I: Yes 7:10-14;8:10
Bacaan II: Ibr 10:4-10
Injil: Luk 1:26-38

“KASIH Allah itu nyata,” kata teman seorang imam dalam perjalanan pulang dari retret tahunan.

“Tidak ada keraguan dalam hatiku bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan kita jalan tanpa harapan. Ini saya alami, ketika saya mempersiapkan diri untuk kaul kekal,” katanya.

“Di tengah persiapan kaul kekal itu, saya menerima kabar bahwa ibu terkena stroke dan masuk rumah sakit,” katanya.

“Berita itu sangat menyentak saya. Dan saya berusaha mencoba mencari maksud Tuhan dan rencana Tuhan melalui situasi itu,” katanya.

“Saya berpikir jangan-jangan ini tanda dari Tuhan supaya saya tidak meneruskan panggilan ini. Dan pulang untuk merawat ibuku,” katanya.

“Dalam situasi berat dan sulit itu, suatu malam, saya berdoa di depan gua maria yang ada di kompleks rumah retret itu,” katanya.

“Tidak banyak yang saya doakan, saya hanya berdoa,”Bunda Maria, ibu saya sakit saat ini, engkau tahu perasaanku saat ini, bahkan kebingunganku, aku minta melaluimu, mohonkanlah pada Puteramu kesempatan bagi ibuku untuk hadir dalam kaul kekalku, amin,” kata romo itu.

“Selesai berdoa, perasaanku jadi sangat tenang. Aku mantap mengucapkan kaul kekal dan tanpa keraguan lagi. Bahkan saya merasakan bahwa persiapan kaul kekal menjadi sangat berbeda dengan sebelumnya, refleksi-refleksi yang ada semakin meneguhkanku,” kenangnya.

“Selesai persiapan kaul kekal, saya mendapat izin pulang untuk bertemu dengan ibu, sebuah mukjizat bagiku. Ibuku bisa aktivitas normal, hanya sering lupa, dan badannya lemah, serta sering pusing padahal waktu terkena serangan stroke, beberapa waktu sempat koma dan tidak sadar,” katanya.

“Tujuh bulan kemudian ibu benar-benar bisa hadir dalam perayaan kaul kekalku. Saya tahu meski tidak mudah baginya untuk ikut perayaan itu, karena kepalanya pusing dan sangat sakit. Tetapi sepanjang perayaaan, dia selalu senyum penuh kebahagiaan,” kenangnya.

“Tiga bulan setelah saya kaul kekal ibuku jatuh di dapur, ketika sedang memasak. Dan setelah itu ibu tak tertolong lagi hingga pulang ke rumah Bapa di surga,” katanya dengan wajah sedih.

Bagiku, Bunda Maria adalah ibu yang mendengarkan dan menemani perjalanan panggilan saya. Dia mengantar doa saya kepada puteranya Yesus Kristus.

Sejak peristiwa dalam persiapan kaul kekal itu, saya sungguh percaya bahwa Bunda Maria adalah tempat pengungsianku dan tempat di mana saya bisa menemukan pertolongan dalam situasi apa pun.

Apakah saya menempatkan Bunda Maria sebagai ibu rohani dalam peziarahan hidup ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here