SETIAP orang ingin bersukacita dalam hidupnya. Banyak alasan yang membuat orang bersukacita. Misalnya, berhasil meraih cita-citanya.
Sukacita semacam itu tidak penuh dan segera lewat, karena sumbernya amat sementara. Hanya bila menyatukan diri dengan sumber sukacita sejati, orang akan mengalami sukacita yang utuh.
Itulah yang Yesus sampaikan dalam injil hari ini (Yohanes 15:9-11). Ini kelanjutan ajaran-Nya tentang pentingnya ranting-ranting bersatu dengan pokok anggur (Yohanes 15:1-8). Di luar Yesus, orang tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5). Terpisah dari Yesus orang tidak dapat mengalami sukacita utuh dan sejati.
Yesus mengajarkan bahwa para murid-Nya akan mengalaminya bila mereka percaya kepada-Nya dan tinggal di dalam sukacita-Nya. Dia menunjukkan pula jalan untuk mencapainya, yakni melakukan perintah-Nya (Yohanes 15:9.10).
“Tinggallah di dalam kasih-Ku itu.” (Yohanes 15:9). Demikian perintah-Nya. Ada dua langkah yang perlu ditempuh.
Pertama, tinggal bersama-Nya dalam setiap saat hidup kita. Semakin banyak kita menggunakan waktu dalam hadirat-Nya, semakin kita mengalami sukacita-Nya. Ini tidak hanya berarti berdoa, melainkan juga menghayati hadirat-Nya dalam setiap perbuatan kita.
Kedua, mengingat dan bersyukur atas semua rahmat Tuhan yang telah Dia curahkan. Ucapan syukur itu ungkapan iman yang mendalam dan jalan menuju sukacita sejati. Sebaliknya, segala bentuk keluhan dan rasa tidak puas merampas sukacita.
Yesus sendiri menunjukkan bahwa Dia mengalami sukacita itu dengan tinggal di dalam kasih Bapa-Nya dan menuruti perintah Bapa-Nya (Yohanes 15:10). Jadi, Yesus tidak hanya mengajarkan tentang sukacita utuh itu dengan kata-kata, melainkan dengan contoh nyata.
Ajaran demikian amat meyakinkan. Orang akan mengalami sukacita yang utuh dan permanen dengan tinggal di dalam kasih Yesus dan melakukan perintah-Nya. Apakah kita sudah melaksanakan perintah-Nya itu?
Kamis, 2 Mei 2024
Peringatan Santo Atanasius, Uskup dan Pujangga Gereja
HWDSF
