Senin, 15 Agustus 2022
- Yeh. 24:15-24.
- MT Ul. 32:18-19,20,21.
- Mat. 19:16-22.
“UANG bukan Satu-satunya jawaban, tapi itu membuat perbedaan,” demikian kata mantan Presiden Barack Obama.
Uang adalah hal yang selalu diinginkan hampir semua orang di dunia.
Terkadang demi uang, orang rela bekerja keras agar uang yang didapatkan juga maksimal.
Dengan memiliki banyak uang, mereka akan bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka selama ini.
Namun, terkadang setelah memiliki banyak uang, banyak orang lupa untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan, seperti berbagi dengan sesama.
Dalam hal berderma itu bukan soal kaya atau miskin, tetapi tentang kemurahan hati.
Banyak orang yang terbilang berkecukupan bahkan kaya, namun sangat sulit mengeluarkan dana untuk berderma.
Sedangkan orang yang hidupnya biasa saja, bahkan tidak bisa dibilang kaya harta benda namun sangat bermurah hati.
“Saya ingin, mama tidak lagi dijenguk oleh orang lain, kecuali keluarga inti.”kata seorang anak pada pegawai-pegawainya.
“Sekarang mama tidak lagi pegang HP,” sambungnya.
“Mama dekat dengan beberapa orang yang biasa berdoa dan mengadkan kegiatan sosial bersama Mama, jika mereka kontak dan ingin bertemu, apakah diperbolehkan?” tanya adiknya.
“Siapa pun untuk saat ini dan mungkin seterusnya tidak boleh bertemu ataupun bicara dengan Mama tanpa sepengetahuan saya,” katanya dengan tegas.
“Mereka itu hanya memanfaatkan kemurahan hati mama demi kepetingan mereka sendiri,” sambungnya.
“Tetapi bukankah kebahagiaan mama salah satunya adalah kumpul bersama teman-temannya dan mengadakan kegiatan sosial,” jawab adiknya.
“Mama mengalami kegembiraan yang luar biasa jika bisa menolong yang sedang susah, dan berderma untuk karya sosial,” ujarnya lagi.
“Saya ingin kebiasan mama itu dihentikan karena mama sekarang sudah tua dan tidak bisa lagi berpikir jernih dan beraktivitas seperti dulu,” tegasnya.
“Kasihan mama, jika dibatasi pergaulannya bahkan diasingkan hanya karena kita takut mama bermurah hati dengan menolong orang yang perlu bantuan,” kata adiknya.
“Dengan membatasi kebebasan mama, kita sebenarnya telah merampas kebahagiaan,” lanjutnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
Allah tidak melarang umat-Nya memiliki kekayaan dan hidup makmur.
Namun, hendaknya selalu waspada karena jika kita mencintai harta lebih dari diri Allah sama artinya kita ini telah mengkhianati kasih karunia Allah.
Jika kita mendewakan harta kita akan meninggalkan kebahagiaan yang sejati.
Karena harta yang melimpah tidak menyelamatkan kita jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi kebahagiaan hidup bersama.
Kita dipanggil untuk mencintai Tuhan melalui apa yang telah dikaruniakan Tuhan dalam hidup kita.
Harta itu hanya titipan dan akan tidak bisa lagi menolong kehidupan kita.
Untuk itu kita harus berjuang memiliki harta abadi yang tidak bisa habis yakni Kristus!
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku rakus akan harta benda?