Karya Keselamatan-Nya untuk Semua

0
1,356 views

Minggu, 31 Januari 2016
Minggu Biasa IV
Yer 1:4-5.17-19; Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak di rumah ibadat di kota asalnya, kata-Nya, “Pada hari ini genaplah nas Kitab Suci pada waktu kamu mendengarnya.” Mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya.

DALAM bagian akhir Injil Minggu yang lalu (Luk 4:14-21), Yesus menyatakan awal karya publik-Nya di sinagoga dengan membaca kutipan dari Kitab Nabi Yesaya dan penegasan bahwa Ia diutus untuk mewartakan kabar baik kepada orang miskin, membebaskan para tawanan, penglihatan bagi orang buta, dan pembebasan bagi yang tertindas. Ia menutup pewartaan-Nya dengan menyatakan bahwa tahun rahmat Tuhan telah datang dan warta itu digenapi pada saat didengarkan.

Dengan mengatakan itu, Yesus hendak menyatakan diri-Nya sebagai penggenapan nubuat nabi Yesaya dan sebagai pembawa keselamatan kepada siapa pun yang mendengarkan-Nya. Keselamatan yang demikian diberikan kepada siapa saja yang tersingkir dan tertindas.

Terdapat dua tanggapan kepada Yesus. Pertama, mereka bereaksi dengan keheranan dan kekaguman. Kedua, mereka juga dipenuhi dengan kemarahan.

Mari kita perhatikan reaksi pertama. Reaksi itu bukan reaksi pertama dalam Injil Lukas, bahwa orang heran dan kagum pada Yesus. Sejak kelahiran-Nya, seperti dicatat dalam Injil Lukas 2:18, semua yang mendengar kisah para gembala (tentang kelahiran-Nya diwartakan) merasa heran dan kagum. Dalam Lukas 2:33 kita baca, orangtua Yesus heran dan kagum atas pernyataan Simeon bahwa Yesus adalah keselamatan Allah baik bagi orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain.

Benarlah bahwa tanggapan yang pantas bagi kabar gembira tentang karya Allah di dunia melalui Yesus adalah heran dan kagum. Dalam Injil hari ini, kita mendengar decak kagum orang banyak yang berkata, “Wow, betapa mengagumkan kabar ini. Bukankah Ia ini anak Yosef?” Tentu, mereka benar, Yesus adalah anak Yosef, namun mereka juga harus tahu bahwa Yesus adalah Putra Allah (Luk 3:38). Yesus tidak hanya anak Yosef secara biologis, tetapi adalah Putra Allah!

Tapi mengapa tanggapan pertama yang penuh kekaguman itu lantas berubah menjadi tanggapan kedua yang berlawanan? Pada saat yang sama mereka memuji Yesus atas perkataan-Nya yang indah, dan mereka tampak pula meragukan Dia, mengapa?

Itu karena Yesus menginterupsi kekaguman mereka dengan berkata, “Baik, jika Engkau memang penggenapan atas kabar baik itu, maka, tunjukkanlah kepada kami tanda-tanda yang meneguhkannya!” Yesus tahu bahwa orang banyak itu berharap agar Ia membuat mujizat yang sama di Nazareth seperti yang dibuat-Nya di Kapernaum. Mereka berpikir bahwa di tempat asal-Nya, Ia harus membuat sesuatu yang istimewa, kalau memang Ia menggenapi nubuat Nabi Yesaya itu. Namun, Yesus justru berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri.” (Lihat, untuk pertama kalinya dalam Injil Lukas, Yesus diidentifikasi sebagai seorang nabi, namun ini akan membawa penolakan daripada penerimaan, di tempat Ia dikenal, tempat asal-Nya). Yesus lalu melanjutkan sabda-Nya dengan menyebut dua nabi terkenal, Elia dan Elisa. Ini membuat mereka semua menjadi marah, bahkan berniat untuk membunuh Dia. Namun Yesus berjalan melewati mereka.

Dari Injil hari ini kita tahu bahwa karya keselamatan Yesus tersedia untuk semua manusia. Menjadi jelas bahwa Ia tak hanya nabi yang melayani keiningan-keinginan bangsa-Nya sendiri tetapi menjadi pembawa kabar baik bagi seluruh dunia, dan terutama bagi mereka yang menderita.

Keuskupan Agung Semarang mengundang kita semua menjadi Gereja yang inklusif, inovatif, dan transformatif. Kita mau menjadi Gereja yang demikian karena Yesus Kristus sendiri datang untuk menyelamatkan semua orang. kasih kerahiman-Nya yang menyelamatkan tersedia bagi semua.

Sayangnya, kadang kita menemukan pula tanggapan yang serupa atas kehadiran Yesus, bahkan sementara kita mengakuinya dengan mulut kita. Syukur kepada Allah karena Ia mengetahui kelemahan hati kita. Ia berkenan membantu kita bila kita dapat mengenali kelemahan kita dengan rendah hati dan memohon pertolongan-Nya.

Dalam Adorasi Ekaristi Abadi,  sementara kita menyembah Yesus Kristus, kita ingin mengandalkan Dia dengan segala kekaguman kita. Kita ingin ambil bagian dalam keprihatinan-Nya bagi yang tersingkir dan lemah dan bagi semua.

Tuhan Yesus Kristus, kami ingin membuka diri kami pada tawaran-Mu kepada kami semua dalam doa dan menyingkirkan kesombongan kami dan perhitungan manusiawi atas karya dalam hati dan budi kami. Kami mengandalkan Dikau, karena Engkau melulu hendak menyelamatkan kami agar kami bahagia kini dan selamanya. Amin.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here