MALAM itu, Romo Matheus Juli Pr menjadi bintang. Ibarat magnet, maka sejumlah karya seni hasil olah kreatif imam diosesan (praja) Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar ini membetot atensi semua tetamu.
Di penghujung akhir bulan September 2018 lalu, gemerlapnya pendaran lampu yang menghiasai foyer lobi grand ballroom Hotel Mulia ikut menjadikan tampilan karya seni itu semakin menawan.
Ke hotel bintang lima di bilangan Senayan itu, Romo Matheus Juli Pr memamerkan dua lukisannya. Berbahan dasar manik-manik khas Dayak, kain berpigura itu kemudian dia “lukis” bukan dengan sapuan cat di atas kanvas. Melainkan, ia “melukis” dengan melakukan sebaran ribuan butir manik-manik itu hingga polanya bisa membentuk wajah Bunda Maria bersama Kanak-kanak Yesus, dan wajah Yesus ketika dewasa dan sudah berkarya.
Tidak hanya itu. Romo Juli Pr juga membawa dua benda seni hasil ukiran tangan berbahan dasar media kayu. Di atas permukaan kayu itulah, ia melukis ornamen-ornamen khas Dayak dengan cara mengukirnya. Selanjutnya, pola ukiran itu lalu “disapunya” dengan warna campuran merah, kuning, putih, hijau, dan biru.
Tak ayal, hasil karya seni produk tangan dan jiwa berkesenian Romo Matheus Juli Pr itu menjadi “bintang panggung” di Malam Dana Keuskupan Ketapang (MDKK). Kepada para undangan, benda-benda seni itu lalu “diperebutkan” dalam sebuah proses lelang. Berkat panduan MC yang baik –Didi Christophe dan Irene Sugiarto—acara lelang itu berujung memuaskan: semua produk seni karya Romo Matheus Juli berhasil terjual.
Rumah kasepuhan
Dari jauh di Ketapang, benda-benda seni itu sengaja dibawa ke Jakarta untuk sebuah program amal bertitel MDKK. Dibesut dengan apik –setelah melalui rentetan rapat koordinasi di bawah koordianasi Pak Andi Laurentius– gelaran MDKK terjadi dengan mengemas dua misi mulia.
Charity night ini digelar untuk misi mulia. Yakni, pendanaan bagi projek pembangunan rumah kasepuhan bagi para imam purna karya dan renovasi Gereja St. Gemma Galgani Katedral Ketapang. Tak kurang, Bapak Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi dan Sekjen KWI Mgr. Antonius Bunjamin Subianto OSC ikut menghadiri MDKK ini.
Kehadiran Uskup Keuskupan Ketapang dan Mgr. Anton mewakili KWI menjadi penting bagi MDKK. Di perhelatan jamuan makan malam plus warna-warni hiburan ini, Mgr. Pius Riana Prapdi menjelaskan bahwa hingga sekarang ini masih ada banyak umat Katolik di Indonesia ini kurang mengenal apa dan bagaimana Keuskupan Ketapang di Provinsi Kalbar ini.
Ketapang memang masih enam jam perjalanan naik kapal cepat dari Pontianak. Tapi, sekarang sudah ada penerbangan hanya kurang lebih 30 menit dari Ibukota Provinsi Kalbar. Itu pun dilayani oleh banyak maskapai dan ada beberapa kali jadwal penerbangan
Harta seni Kota Ketapang
Kabupaten Ketapang dengan Kota Ketapang sebagai ibukotanya menjadi lebih asyik dengan aneka makanan serba sea food. Karenanya, Ketapang sering disebut “Kota Ale-ale” –semacam siput laut yang enak dimakan.
Ketapang juga memilik Gereja Katedral dengan St. Gemma Galgani sebagai patron-nya.
Gereja Katedral Ketapang ini menjadi indah berkat olah tangan berkwalitas seni Romo Matheus Juli Pr, pastor parokinya. Karena jiwa olah seninya, altar gereja ini menjadi super “wah” karena semuanya dilapisi ukiran kayu belian yang di setiap segmennya tersaji episode-episode penting kisah Sejarah Penyelamatan.
Ini menjadi menarik, lantaran karya seni ini dikerjakan secara manual. Bilah-bilah kayu itu diberi gambar pola dan baru kemudian dilakukan proses ukir secara manual.
Masing-masing bilah kayu itu memuat satu pola gambar. Dan lukisan itu menjadi indah, ketika bilah-bilah kayu dengan masing-masing pola gambar yang berbeda-beda itu kemudian bisa menyatu-padu dan sinkron satu sama lainnya sehingga menjadi satu kesatuan lukisan ukir yang bermakna dan “bersuara”.
Lukisan itu menyayikan kisah Sejarah Penyelamatan.
Di MDKK di Hotel Mulia Senayan di penghujung akhir bulan September 2018 lalu itu, Romo Matheus Juli Pr memaparkan harta seni bernilai tinggi Keuskupan Ketapang. Dan itu ditemukan justru di belakang, muka, samping kiri-kanan Gereja St. Gemma Galgani Katedral Ketapang.
Di Gereja Katedral Ketapang, Romo Matheus Juli Pr bukan semata-mata menjadi pastor parokinya, tapi di balik jubahnya itu juga melahirkan karya seni ukiran kayu dan pernak-pernik lainnya.
Yang menarik, semua itu dikerjakan secara manual dengan tangan “bersenjatakan” tatah dan lainnya untuk membentuk pola ukiran di atas media kayu.
Karena itulah, UPro Sound & Lighting langsung bersedia merogok kocek senilai Rp 140 juta untuk Romo Juli Pr agar menjadikan kualitas sound system Gereja Katedral Ketapang ini semakin berbinar kencang, bersih, dan akustik. (Berlanjut)