Selasa, 7 Desember 2021
Yes. 40:1-11.
Mzm. 96:1-2.3.10ac.11-12.13.
Mat. 18:12-14
MUDAH sekali meninggalkan orang yang jatuh terpuruk.
Menunjukkan kesalahan orang lain dan bahkan sesudah waktu berlalu dan orang itu telah berubah; kita masih tetap mengingat kesalahannya.
Namun, tidak banyak orang yang berusaha menolong orang yang telah terpuruk untuk bisa bangkit membangun hidup kembali.
“Saya menjerit panik, ketika anakku diantar pulang dari sekolah karena tiba-tiba dia tidak bisa berjalan,” kata seorang ibu.
“Beberapa hari memang anakku merasakan demam, dan sudah saya bawa ke dokter. Pagi itu sebelum sekolah sudah merasa baik. Tetapi tiba-tiba pulang digendong oleh gurunya,” lanjutnya.
“Saya langsung membawanya ke rumah sakit,” katanya.
“Setelah diperiksa dokter dan hasil laboratorium keluar, anakku dinyatakan terkena penyakit radang tulang, hingga dia tidak akan kuat untuk berdiri dan tentu tidak bisa berjalan lagi,” katanya lagi.
“Saat itulah, ujian imanku benar-benar kurasakan. Dalam situasi seperti itu, muncul dalam pikiranku, wajah berdarah Tuhan Yesus waktu memikul salib yang diusap oleh Veronika,” kenangnya.
“Saya merasa ada kekuatan yang menghampiriku, ada api yang menyala di hatiku, anakku dan aku bisa memikul salib ini bersama Tuhan Yesus,” lanjutnya.
“Sejak saat itu, saya bersama suami konsentrasi penuh pada anak. Bahkan suamiku minta saya mundur dari pekerjaan,” lanjutnya lagi.
“Saya mulai belajar tentang penyakit radang tulang itu, dan membawa anak ke pengobatan serta membantu anak untuk hidup dalam kondisi baru; di atas kursi roda,” ujarnya.
“Bahkan saya membentuk kelompok orangtua yang anaknya terkena penyakit yang sama,” ujarnya lagi.
“Anakku bisa kembali semangat dan bahkan mulai mau menyelesaikan sekolah melalui program Paket C, hingga kemudian lukus lalu lanjut kuliah,” katanya.
Dalam Injil hari ini kita dengar demikian.
“Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?”
Perhatian dan kasih Allah pada kita, sungguh luar biasa.
Dia tidak akan membiarkan kita hilang, dengan segala daya upaya Dia akan memastikan bahwa kita harus tetap bersama-Nya.
Seperti ibu yang anaknya terkena radang tulang, seluruh hidupnya diabdikan demi kesembuhan anaknya.
Demikian juga Allah bagi kita, sebesar apa pun dosa kita, Dia mencari kita dan ingin memeluk kita.
Ibu itu tidak ingin anaknya menderita sendiri dan menjalani hidup dalam keputusasaan.
Ibu itu, ingin anaknya menjalani hari-hari dengan wajar dan bisa merintis masa depannya sesuai dengan harapan dan cita-citanya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau menjadi pelita yang mengarahkan kembali orang yang tersesat?