Sabtu, 11 Mei 2024
Kis 18:23-28
Mzm 47:2-3.8-9.10
Yoh 16:23b-28
KETIKA kita memikirkan kasih secara umum, banyak orang sering kali cenderung langsung memikirkan kasih romantis. Tetapi, pernahkah kita memikirkan kasih Tuhan terlebih dahulu? Kasih Tuhan berbeda dengan cinta lainnya. Kasih-Nya begitu luas, dalam, dan lebar, dan bahkan lebih dari itu, kasih Tuhan tak bisa diukur.
Dalam aneka kesibukan dan pergulatan hidup di dunia, banyak orang bisa saja kurang menyadari hidupnya sebagai pernyataan kasih Tuhan. Bahwa dalam segala dinamika hidup yang sedang terjadi, di pundak kita ada tanggungjawab untuk menampilkan wajah kasih Tuhan dalam kehidupan bersama.
Tidak sedikit orang yang memaknai semua yang terjadi dalam hidupnya dengan prinsip “taken for granted“, artinya semuanya biasa saja karena memang sudah sepantasnya demikian. Semuanya terjadi sesuai dengan usaha dan perjuangannya serta ada keberuntungannya.
“Wajah kasih Allah itu saya temukan di ujung perjalanan hidup ini,” kata seorang sahabat.
“Ketika saya tidak melihat lagi jalan kehidupan ini mengarah ke mana. Ada seorang rekan yang memberi waktu menemaniku. Dia dengan sabar menjadi tempat ‘sampahku’ dia hadir dan mendengarkanku, hingga aku bisa mengeluarkan uneg-uneg dalam hatiku yang telah lama tertimbun oleh rasa kecewa, rasa dibuang, rasa disepelekan dan masih banyak rasa negatif lain yang selama ini menutup pandanganku akan kesejatian perjalanan hidupku.
Wajah kasih saya temukan dalam sikap sahabatku yang menemaniku melihat daya tarik dunia dengan cara pandang baru bahwa siapa pun harus ingat bahwa hidupnya tidak berhenti atau berakhir di duma ini saja. Maka setiap keputusan dan langkah yang diambil haruslah diwarnai dengan keindahan kasih.
Dalam unjung perjumpaan dengan sahabatku itu, hati saya terdorong untuk mohon rahmat Tuhan supaya memampukan saya membangun kesadaran bahwa saya dipanggil bukan untuk hidup bagi dunia dan melekat kepada dunia.
Panggilanku adalah hidup bagi Kerajaan Allah dan untuk melekat hanya kepada Dia, Sang Alfa dan Omega kehidupanku,” paparnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.”
Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Kita dapat memiliki apa pun yang kita inginkan selama kita meminta bantuan Yesus. Karena Bapa sendirilah yang mengasihi kita, maka tidak akan pernah sia-sia permohonan dan jeritan hati yang kita sampaikan pada Tuhan. Hal yang tidak mungkin menjadi sangat mungkin ketika kita berdoa kepada Tuhan melalui Yesus.
Namun di dalam pengalaman kita terkadang doa permohonan kita dalam nama Yesus sepertinya tidak dijawab sesuai dengan apa yang kita minta atau inginkan. Terkadang kita mendapatkan jawaban atas doa-doa permohan kita, walaupun tidak persis seperti apa yang sungguh kita inginkan/harapkan. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa Yesus/Tuhan tidak pernah menjawab doa permohanan kita.
Yesus merespon permohonan kita dalam beberapa cara-sesuai dengan apa yang menurut Yesus paling urgent-paling dibutuhkan untuk kita saat itu. Yang penting bagi kita di dalam berdoa adalah menyampaikan permohanan kita dan mengizinkan Tuhan, dalam semua kebijaksanaan-Nya, untuk menyalurkan kasih karunia-Nya karena Dia tahu yang terbaik bagi hidup kita, dan karena Dia sungguh mencintai kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sungguh merasa dikasihi Tuhan? Apakah aku punya waktu khusus untuk menjawab kasih Tuhan dalam hidupku?