Puncta 15.09.22
PW. St. Maria Berdukacita
Yohanes 19: 25-27
SEMUA dari kita pasti pernah mendengar lagu Kasih Ibu. Lagu tersebut menjadi senandung yang indah dan sering diperdengarkan oleh semua ibu, ketika sedang menidurkan kita semasa kecil.
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Selalu memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.”
Peran ibu sungguh kita rasakan melebihi apa pun, bahkan luasnya cakrawala tidak mampu menandingi kasih sayangnya kepada kita.
Bagaimana para ibu bersedia mempertaruhkan nyawanya, ketika melahirkan kita. Belum lagi perjuangannya selama sembilan bulan membawa kita di dalam rahimnya. Masa itu adalah pengurbanan tak tergantikan.
Bagi seorang ibu, anak-anak merupakan hadiah terindah dari Tuhan dan harta terbesar dalam hidupnya. Ia rela melakukan apa pun asal anak mereka bahagia.
Seorang ibu tidak sungkan untuk melakukan apa saja demi anak-anaknya.
Banyak cerita haru yang dikisahkan orang-orang di dunia tentang perjuangan seorang ibu dan bagaimana mereka menginspirasi kita. Misalnya kisah di bawah ini:
Seorang ibu di Amerika Serikat benar-benar menjadi seorang pahlawan. Ia rela mengurbankan hidupnya untuk menyelamatkan anak semata wayangnya yang berusia dua tahun.
Kereta dorong anaknya kebetulan tersangkut di rel kereta api, dan saat itu terdapat sebuah kereta komuter Metrolink yang melintas dengan kecepatan tinggi.
Dibene, ibu berusia 33 tahun tersebut tak bisa meloloskan diri dan tertabrak kereta sesaat setelah dia berhasil menyelamatkan anaknya. Ia rela mati demi keselamatan bayi mungilnya.
Hari ini kita merayakan Pesta St. Maria Berdukacita. Bagaimana mungkin orang berdukacita malah kita rayakan?
Yang mau kita kenang adalah cinta dan pengurbanan Bunda Maria.
Andaikan bisa berkata, Maria akan bilang, “Anakku, biarlah ibu menggantikan-Mu tergantung di kayu salib.”
Maria sudah tidak bisa berkata-kata saking banyaknya penderitaan yang ia tanggung. Sejak mengandung Sang Putera sampai memangku jenasah-Nya di bawah salib, hidup Maria penuh dengan dukacita.
Sebelum Yesus memanggul salib, Maria sudah memanggul salibnya sendiri dengan setia.
Inilah kasih seorang ibu yang tidak terhingga. Sekarang kasih itu diberikan kepada kita.
Saat Yesus hampir mati, Dia menyerahkan Maria kepada Yohanes, sebagai wakil dari murid-murid-Nya. “Ibu inilah anakmu.” dan kepada Yohanes, Dia berkata, “Inilah ibumu.”
Kita semua adalah putera-puteri Maria. Ia mengasihi kita sama seperti dia mengasihi Yesus, puteranya.
Kasih Bunda Maria yang sedemikian besar itulah yang kita rayakan dengan sukacita.
Badan pegal perlu minum jamu,
Agar bisa kerja sepanjang waktu.
Terimakasih Bunda atas cintamu,
Ajarilah kami membalas kasihmu.
Cawas, doakanlah kami ya Bundaku…