SABDA Tuhan dalam injil hari ini (Yohanes 12:1-11) menceritakan saat terakhir Yesus mengunjungi rumah sahabat-Nya: Marta, Maria, dan Lazarus. Kunjungan itu meninggalkan pesan yang relevan untuk direnungkan. Di sana ada juga Yudas dan orang-orang Yahudi.
Marta, seperti biasa, sibuk melayani (Yohanes 12:2). Maria meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni dan menyekanya dengan rambutnya (Yohanes 12:3). Dia mengungkapkan kasihnya yang amat mendalam kepada Yesus.
Kasih hanya bisa dibalas dengan kasih. Yesus telah membangkitkan Lazarus karena kasih-Nya (Yohanes 11:33-36). Kasih selalu memberi dan berbagi. Uang tiga ratus dinar tidak ada artinya dibandingkan dengan kasih Yesus.
Sebaliknya, Yudas menampakkan cinta diri dan cinta uang. Kedua sifat itu membuat orang tidak jujur dalam hidup. Dia mempertanyakan “pemborosan uang” itu dan tidak memberikannya kepada orang miskin; bukan karena mencintai kaum miskin, tetapi karena dia cinta uang (Yohanes 12:6).
Yesus bersabda tentang pengurapan itu. “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu pada kamu” (Yohanes 12:7).
Itu tidak berarti bahwa Yesus melupakan orang miskin. Sebaliknya, menegaskan bahwa orang tidak dapat sungguh mencintai orang miskin selain dalam Allah dan Tuhan Yesus. Bukankah Dia bersabda, “Apa yang kamu lakukan terhadap saudara-Ku yang paling hina itu kamu lakukan kepada-Ku?” (Matius 25:40).
Cinta diri juga tampak dalam hati para imam kepala yang bermufakat untuk membunuh Lazarus (Yohanes 12:10). Alasannya karena banyak orang Yahudi meninggalkan mereka setelah menyaksikan Yesus membangkitkan Lazarus.
Menarik bahwa di antara murid Yesus pun ada yang menjadi pencuri dan mencintai uang serta mempunyai cinta-diri yang kuat. Semoga sebagai pengikut Yesus kita tidak menjadi seperti Yudas, tetapi menjadi orang yang penuh kasih, memperhatikan orang miskin, dan tidak cinta diri.
Senin, 25 Maret
Albherwanta O.Carm