Kasih sebagai Pondasi Hidup

0
478 views
Ilustrasi - Cor beton untuk pondasi bangunan. (Ist)

Jumat 25 Agustus 2023.

  • Rut. 1:1,3-6,14b-16,22.
  • Mzm. 146:5-6,7,8-9a,9bc-10.
  • Mat. 22:34-40.

KASIH yang sempurna sulit kita temukan dalam dunia modern ini.

Banyak orang memberikan sesuatu dan berbagi kasih kepada seseorang yang mereka anggap dapat memberi keuntungan dalam kehidupannya.

Ada motivasi yang terselubung dengan memberikan kasih mereka berharap atau paling tidak dapat memudahkan atau membantunya dalam menjalani kehidupan ini.

Banyak orang berpikir bahwa dalam bahasa ilmiah dapat disebut dengan istilah “simbiosis mutualisme” menjalin hubungan yang saling menguntungkan, membantu orang lain apabila orang tersebut dapat memberi keuntungan juga.

Inilah realita yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia saat ini jadi tidak heran apabila kita melihat sebagian orang yang kaya dan punya jabatan, urusan dalam hidupnya seperti air mengalir, selalu lancar-lancar saja tanpa hambatan.

Selalu dihormati dan dihargai dalam berbagai situasi begitu banyak tangan yang siap menolong apabila mengalami kesusahan.

Hal ini berbanding terbalik dengan golongan orang yang tingkat ekonomimya rendah bahkan jauh dari kata rendah, “miskin”.

Kehidupan akan terasa lebih berat, dipandang sebelah mata bahkan harus berjuang lebih keras dalam menghadapi kerasnya hidup dari pada menunggu uluran tangan “kasih” dari seseorang.

Dalam bacaan hari ini kita dengar demikian,

”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”

Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”

Yesus mengajarkan bahwa mengasihi yang benar itu tanpa pamrih. Kasih itu membebaskan dan membuat orang lain bahagia.

Maka mestinya kasih itu untuk orang yang terluka dan mengalami kesusahan bukan demi kepentingan diri sendiri.

Semua perintah dalam kitab suci bergantung pada perintah untuk mengasihi.

Mengasihi bukan sekadar sebuah perintah. Bukan pula sebatas perintah yang terbesar. Ini adalah pondasi dari segala perintah.

Yesus menekankan bahwa yang penting bukan melakukan hurufiah hukum-Nya, tetapi bagaimana hakikat menaati hukum-Nya.

Hukum-hukum yang Allah berikan adalah mencerminkan
hakikat-Nya sendiri, yakni Kasih dan bukan kewajiban.

Itulah sebabnya menaati hukum-Nya karena kewajiban akan terasa berat dan hampa.

Kasih kepada Allah itulah yang menjadi dasar ketaatan kita kepada hukum-Nya.

Bagaimana dengan diriku? Apakah hidupku sudah menunjukan kasih itu kepada sesama?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here