Am 5:14-15, 21-24 dan Mat 8:28-34
TUHAN menolak korban dan persembahan, membenci perayaan karena semua itu dilakukan sebagai kedok kemunafikan. Upacara dan perayaan kehilangan makna, karena orang melupakan landasan mengapa upacara diadakan, yaitu kasih dan keadilan. Uoacara dan perayaan diadakan untuk menyembunyikan kejahatan dan ketidakadilan.
Yang dikehendaki Tuhan dari kita manusia adalah tindakam kasih, keadilan dan kebenaran: “Hendaknya keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir” (Am 5:24).
Sikap Allah yang penuh kasih, yang mau membebaskan manusia dari kuasa jahat dan kegelapan, nampak nyata dalam kisah Injil hari ini.
Kisah Injil ini memperlihatkan Yesus sebagai pribadi yang memiliki kasih dan kuasa yang luar biasa. Kejahatan tidak sepantasnya tinggal pada manusia, karena kejahatan adalah kekuatan kebinatangan.
Kuasa Yesus menimbulkan rasa takut pada orang yang jahat. Namun bagi orang baik, kasih dan kebaikan Allah meneguhkan kehidupan mereka.
Di tengah pandemi covid-19 ini, kita mengharapkan belas kasih Tuhan.
Sebaliknya dari pihak kita dituntut sikap dan tindakan yang penuh kasih dan memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Kalau sikap kita benar, maka upacara dan persembahan kita berkenan di hadapan Allah yang penuh kasih. Semoga.