Ketika kita menyatakan rasa syukur kepada Tuhan, biasanya dengan mudah kita akan bersyukur atas berkat materi dan hidup yang indah, meskipun semuanya itu akan mudah hilang. Tubuh yang sehat memang adalah berkat yang luar biasa, tapi tahukah kita bahwa itu semua bisa lenyap suatu hari.
Suatu hari seorang anak menangis tanpa henti. Pasalnya, ia baru saja kehilangan ayah yang sangat dikasihinya. Tanpa sebab musabab yang pasti, ayahnya tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya. Anak itu menangis. Anak itu memberontak. Anak itu tidak mau menerima kenyataan itu.
Ia menuduh ibunya yang tidak menjaga ayahnya. Ia memarahi kakaknya yang tidak menggunakan refleksnya untuk menangkap ayahnya yang tiba-tiba jatuh. Ia memelototi mereka satu per satu. Ia menuding mereka telah menyebabkan ayahnya meninggal dunia.
Dengan tenang, sang ibu berusaha untuk menenangkan kegalauan hati anaknya. Ia berusaha meyakinkan anaknya bahwa apa yang terjadi dengan ayahnya adalah sesuatu yang terbaik. Tuhan telah memberi hidup kepada ayahnya. Tuhan pula yang mengambilnya kembali.
“Nak, tidak seorang pun dari kita yang menghendaki kematian ini terjadi atas diri bapak. Mungkin ini cara yang terbaik bagi bapak untuk menghadap Tuhan. Yang kita lakukan adalah kita pasrah kepada Tuhan. Yakinlah, Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi bapak,” kata sang ibu.
Tak gampang menerima
Sahabat, manusia tidak gampang menerima penderitaan. Manusia tidak mudah menerima kematian. Padahal kematian itu hakekat manusia. Begitu dilahirkan ke dalam dunia, sebenarnya manusia telah berhadapan dengan kematiannya. Manusia tidak bisa mengelak dari kenyataan ini. Lantas apa yang mesti kita lakukan di saat kita menghadapi situasi seperti ini?
Kisah di atas mengatakan kepada kita bahwa betapa pun sedihnya kita, kita mesti tetap menerima kenyataan pahit kehidupan kita. Yang mesti kita lakukan adalah kita berusaha untuk mengendalikan diri dari berbagai bentuk sikap emosi. Sikap pasrah kepada Tuhan dengan penuh pengharapan menjadi salah satu bagian yang mesti kita kembangkan dalam hidup.
Seorang guru bijaksana mengajak orang yang menghadapi situasi seperti ini untuk tetap bertahan pada imannya. Mengapa? Karena tidak ada yang memisahkan kita. Kematian tidak mampu memisahkan manusia. Apalagi kalau kita hidup dalam kasih Tuhan. Ia mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Tuhan. Kasih Tuhan tidak pernah gagal. Kasih Tuhan tidak pernah mengecewakan. Kasih Tuhan tidak pernah berubah. Kasih Tuhan tidak akan pernah habis atau hilang.
Karena itu, kita diajak untuk tetap bertahan dalam iman kita akan Tuhan yang senantiasa mengasihi kita. Kita mesti tetap setia kepada Tuhan meski penderitaan yang berat mesti kita tanggung dalam hidup ini. Yakinlah, Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi hidup kita. Tuhan memberkati.