Kasih sejati itu lembut sekaligus keras. Yang sungguh mengasihi bersikap lemah lembut. Namun juga kuat menanggung derita yang berat. Sabar dan tahan menghadapi pukulan. Kasih sejati tidak mudah menyerah sampai keinginannya terpenuhi.
Lebih dari itu, kasih sejati itu siap mengampuni. Ia menyembuhkan. “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, Aku akan mengasihi mereka dengan sukarela sebab murka-Ku telah surut dari pada mereka.” (Hosea 14: 5).
Berkat kasih Allah yang lembut, sabar, dan siap mengampuni manusia diselamatkan dan tumbuh berkembang. “Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku dan tumbuh seperti gandum; mereka akan berkembang seperti pohon anggur, yang termasyhur seperti anggur Libanon.” (Hosea 14: 8).
Kasih itu kebutuhan dan tugas utama dari manusia. Hanya berkat kasih, manusia akan berbahagia. Artinya, jika kebutuhan akan kasihnya terpenuhi, manusia menemukan hidupnya berarti. Hanya ketika mengasihi, manusia mewujudkan kodratnya yang hakiki.
Hari ini, Tuhan Yesus menegaskan hukum kasih. Itulah yang dikatakan tatkala ditanya tentang hukum manakah yang paling utama (Markus 12: 28).
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.” (Markus 12: 30-31).
Dalam masa prapaskah ini, orang diajak merenungkan hakikat dirinya yang lahir dari kasih Allah. Sekaligus orang dimotivasi untuk menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Kasih sejati menyembuhkan dan menyelamatkan mereka yang sakit dan tersesat.
Itu penuh dengan tantangan. Siapkah aku mengasihi secara lemah lembut? Bertahankah aku dalam mengasihi atau mudah menyerah?
Semoga Tuhan menganugerahkan kasih-Nya yang menyembuhkan kepadaku.
Jumat, 17 Maret 2023