Katedral Notre Dame de Paris “Lahirkan” 12 Imam Baru

1
2,877 views

HARI Sabtu pagi,  tanggal 30 Juni 2012  di Katedral Notre Dame de Paris ada peristiwa maha penting yang terjadi. Di Katedral yang bersejarah ini dilaksanakan upacara pentahbisan imam.  Ada 12 diakon yang ditahbiskan menjadi imam pada hari itu, dan mereka terdiri dari para diakon Dioses Paris, Ordo Assumptionis, dan Diakon Missions Etrangeres de Paris (1 orang).

Sejak pukul 08.00 pagi gereja sudah dipadati oleh umat. Panitia menyediakan kursi tambahan di halaman gereja yang sangat luas. Monitor amat lebar terpasang dua buah, masing-masing di kanan-kiri halaman gereja. Di dalam gereja sendiri juga dipasang monitor-monitor lebih kecil sehingga umat bisa mengikuti upacara tahbisan dengan jelas. Anak-anak PPA dari berbagai paroki duduk di tempat yang khusus disediakan bagi mereka di halaman gereja. Mereka semua memakai baju misdinar. Saya kira mereka merasa bangga di tengah-tengah umat yang hadir karena banyak umat memperhatikan mereka. Menurut pengamatan saya hampir 10 ribu orang menghadiri upacara ini.

Ekaristi upacara pentahbisan dipimpin oleh Uskup Agung Paris Kardinal Andreas XXIII dan dimulai pada pukul 09.30. Dalam salah satu bagian kotbahnya, Kardinal mengingatkan para keluarga katolik bahwa anak-anak mereka adalah aktor masa depan Gereja. Beliau juga mendorong para anak muda untuk berani merenungkan panggilan hidupnya.

Upacara penumpangan tangan berlangsung cukup lama,  yaitu sekitar 45 menit, karena ada sekitar 600 imam yang hadir. Sementara para imam menumpangkan tangan atas calon tertahbis, koor menyanyikan beberapa lagu dan juga organis memainkan beberapa komposisi instrumental. Salah seorang diakon calon tertahbis yang dari semula memang nampak sedang tidak begitu fit harus duduk sebentar saat penumpangan tangan karena tidak tahan berlutut sedemikian lama. Namun setelah beberapa menit, dia bisa melanjutkan mengikuti upacara sampai selesai.

Menjelang pukul 13.00 ekaristi berakhir. Tiga setengah jam upacara berlangsung dengan agung dan khidmat. Umat terlihat begitu gembira dengan tahbisan ini. Ketika para neomis berarak keluar dari katedral, umat yang ada di halaman Gereja bertepuk tangan sangat meriah. Gedung Gereja Katedral mungkin memuat sekitar 3000 umat, sementara di halaman, disediakan kursi yang jauh lebih banyak karena halaman katedral amat luas.

 

Video upacara tahbisan bisa dilihat di KTO Tv: www.ktotv.com.

Kadang, saya merasa bahwa seringkali orang melebih-lebihkan dengan mengatakan gereja katolik di Eropa sudah mati. Celakanya, seringkali stereotipe ini dimanfaatkan oleh pihak lain untuk mengatakan bahwa agama katolik sudah tidak relevan, sudah ditinggalkan.  Memang betul, di satu sisi ada arus kuat: orang menjadi tidak acuh dengan Tuhan dan agama bahkan ada juga arus anti gereja dan antri klerikal. Belum lagi soal panggilan imam dan religius yang makin menurun. Tapi di sisi lain, saya merasa Gereja juga tetap hidup.

Sebagai sebuah contoh geliat hidup Gereja Eropa, saya bisa pengalaman saya beberapa waktu yang lalu. Sekitar akhir Mei sampa dengan  awal Juni yang lalu di Lisieux ada pertemuan SEKAMI (Serikat Kerasulan Anak Misioner) seluruh Perancis. Acara tahunan ini dibuat menjadi 5 gelombang karena keterbatasan tempat karena jumlah peminat yang sangat besar. Mulai dari tanggal 23 mei sampai 6 Juni, setiap Sabtu dan Rabu ada pertemuan. Ketika saya ikut pertemuan pada 2 Juni lalu, ada sekitar dua ribuan anak-anak datang dari berbagai daerah di Perancis. Dan menurut panitia, jumlah itulah yang rata-rata didapat untuk pertemuan serupa sehingga bila ditotal ada sekitar 10 ribuan anak yang datang dalam 5 gelombang itu.

Dalam pertemuan itu, anak-anak mengenal sejarah St. Theresia Lisieux, mengunjungi rumah, biara, serta makamnya, dan juga mendengarkan sharing dari imam/suster yg berasal dari berbagai negara, termasuk juga dari Indonesia. Pertemuan ditutup dengan misa dipimpin uskup dan konselebrasi semua imam yang hadir.

1 COMMENT

  1. Tampaknya , ada efek positif dari keruntuhan Kapitalis /Perekonomian negara2 Barat terhadap pertumbuhan Gereja ( yang juga lagi kehilangan umatnya).
    Ada banyak umat yang sadar untuk mendapatkan Kenyamanan dari Tuhan dan menolak kenyamanan dari Dunia .
    Justru sebaliknya di beberapa daerah nyaman di Indonesia , Gereja tampak maju , umatnya bertambah , banyak Gereja baru dan megah . Namun bisa jadi umatnya tidak cukup sadar sehingga Bp. Uskup Agung Jakarta menyatakan keprihatinan melihat umat yang begitu memuja Kekayaan dan kehormatan,serta melihat situasi kehidupan berbangsa.
    Seorang Pastor dalam Mari Berbagi menyatakan bahwa , Kita sedang mengalami masa Nabi Amos dalam Perjanjian lama. Kenyamanan umat itu palsu dan Ibadatnya dibenci Allah , oleh karena kita tidak mempunyai Kasih Persaudaraan .

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here