LUPAKAN sejenak Peking (Beijing) dengan kemegahan Tembok Besar dan Kota Terlarangnya. Mari kita kunjungi Yangshuo, kota kecil di Propinsi Guanzhi, sekitar 2 jam perjalanan dari Ibukota Guilin. Di kota kecil ini, banyak hal menarik untuk dinikmati. Setidaknya alamnya yang sejuk dan pusat kotanya yang berdiri seakan-akan dibentengi oleh bukit-bukit cadas (karst) yang menjulang di kanan-kiri jalanan utama kota ini.
Tapi, keindahan Yangshuo justru terletak di kawasan pedesaannya. Saya sengaja memilih tinggal di pedesaaan, sekitar 1 jam jalan kaki dari pusat kota. Alamnya bertekstur perbukitan, lengkap dengan lanskap perkebunan jeruk bali, sayur-mayur dan peternakan. Meski tidak tahu bahasa lokal sedikit pun, aura keakraban terpancar kuat di wajah penduduk lokal setiap kali kami mencoba bertegur sapa dengan bahasa Tarzan.
Yangshuo menjadi indah lantaran Sungai Li yang menjadi urat nadi wisata “bahari” menyusuri sungai ini sepanjang 2 jam perjalanan dari Guilin. Airnya yang bening dengan kedalaman 2-3 meter membuat perjalanan bahari menyusuri Sungai Li ini menjadi wisata jiwa yang menyejukkan hati.
Mata pun dimanjakan oleh pemandangan panorama deretan bukit-bukit cadas yang menjulang tinggi di sisi kanan-kiri bantaran sungai. Pedesaaan khas China terhampar di beberapa sisi sungai, menggambarkan betapa penduduk lokal di Propinsi Guanzhi ini sangat mencintai alam dan tidak ingin merusakknya.
Beningnya air Sungai Li menjadi buktinya. Di sebuah sudut pelabuhan di Yangshuo, turis lokal dan mancanegara tanpa malu-malu menikmati beningnya Sungai Li ini dengan berenang. Mereka ganti baju di tepian sungai dan dalam sekejap byuuur menceburkan diri ke sungai. Berenang di peraian yang tenang adalah kenikmatan tiada tara, pun pula bagi turis yang tidak ingin berenang tapi menikmati indahnya panorama alam dan terhibur oleh aksi para perenang instan ini.
Mathias Hariyadi, menulis dari Yangshuo, RRC.
