Senin 12 Juni 2023 Hari Biasa
- 2 Korintus 1: 1-7
- Mazmur 34:2-3,4-5,6-7,8-9
- Matius 5:1-12.
DARI hari ke hari, tahun ke tahun manusia terus mencari kebahagiaan.
Kita semua ingin menemukan kebahagiaan. Kita ingin merasa bahagia.
Semua orang mendambakan hidup senang dan bahagia, tidak terkecuali mereka yang miskin atau kaya. Mereka yang berpendidikan atau tidak berpendidikan. Mereka yang tua atau pemuda. Mereka yang tinggal di kota atau pedesaan, sekalipun akan selalu mengusahakan bagaimana agar hidup mereka sejahtera lahir dan batin.
Namun untuk menggapai suatu kebahagiaan tidak semudah yang kita pikirkan dan ucapkan.
Dalam kenyataan hidup ini manusia dilingkari oleh berbagai persoalan hidup.
Ada orang berpandangan bahwa untuk bisa berbahagia maka harus dapat mengumpulkan ini dan itu dalam kehidupan ini.
Sehingga orang bisa berkata setelah menikah memiliki pasangan hidup (suami atau isteri) pastilah akan berbahagia, jika sudah punya mobil atau rumah pasti akan berbahagia; memiliki anak adalah sumber bahagia.
Mungkin saja, namun pendapat tersebut masih sebatas kebahagiaan lahiriah semata.
Semakin dicari dan dikejar kebahagiaan itu seakan semakin kencang berlari menjauhi manusia.
Karena manusia mencari di tempat yang salah, dengan cara yang salah dan berangkal dari pijakan yang tidak benar.
Kebagian itu urusan hati maka manusia harus pertama-tama mengolah hati, membersihkan dan membebaskan hati dari aneka nafsu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
Suci hati adalah sangat penting bagi kita untuk mencapai kebahagiaan yakni menjaga hati yang bersih supaya bertemu dengan Allah.
Kebahagiaan yang sejati bagi kuta manusia adalah bertemu dengan Allah.
Kebahagiaan adalah melihat Allah. Syaratnya tidak banyak, cukuplah kalau kita datang dengan hati yang polos, yang tulus dan yang bersih.
Bersih dari apa? Bersih dari benda-benda yang bisa mengotori motivasi pertemuan kita dengan Allah. Bersih dari belenggu ambisi dan amarah.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menjalani hidup dengan hati bersih?