Puncta 2 Februari 2025
Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah
Lukas 2: 22-40
“SEKOLAH kok ora rampung-rampung ki mbesuk arep dadi apa?” komentar nenek waktu saya pulang liburan ke rumah. Nenek tidak paham, kalau saya masuk seminari karena dia tidak Katolik.
Maka dia berkomentar, “Sekolah kok tidak selesai-selesai itu besuk mau jadi apa kamu?”
Bulan Januari 1994, saya ditahbiskan menjadi diakon. Nenek saya datang ke Seminari Kentungan. Dia terkagum-kagum kayak Engkongnya Si Doel (maklum nenek saya orang desa) dengan bangunan asrama yang besar dan para romo berjubah putih yang banyak.
“Matur nuwun Bapak Uskup, putu kula pareng sekolah wonten mriki,” (Terimakasih Bapak Uskup, cucu saya boleh sekolah di sini), Dia salaman dan memeluk Bapak Kardinal sambil berulang-ulang bersyukur karena saya boleh tahbisan diakon.
Nenek saya bahagia, bangga, bersyukur dan “rumangsa ketiban ndaru” atau sangat beruntung sekali.
Rasanya apa yang diidam-idamkan sudah tercapai. Namun sayang sekali, dia tidak sempat melihat saya tahbisan imam. Pada Bulan Mei, tiga bulan sebelum saya tahbisan imam, nenek dipanggil Tuhan.
Saya merenungkan pengalaman Simeon dan Hana seperti pengalaman nenek saya. Simeon dan Hana adalah orang saleh yang menantikan kedatangan Mesias. Ketika Yesus dibawa oleh Maria dan Yusuf ke Bait Allah, Simeon bersukacita dalam Roh.
“Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Kebahagiaan seorang yang telah melihat kepenuhan janji Tuhan. Simeon dalam masa tuanya mengalami konsolasi atau penghiburan bahwa Allah menepati janji-Nya.
Apakah kita juga mampu melihat dan bersyukur karena Allah senantiasa menepati janji-Nya?
Naik gunung menikmati pemandangan,
Walau yang didaki hanya Gunung Ungaran.
Tuhan tidak pernah mengecewakan,
Dia akan memenuhi apa yang kita dambakan.
Wonogiri, selalu mensyukuri rahmat Tuhan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr