Kebaikan dan Angkara

0
55 views
Tari Bambangan Cakil membuka gelaran ketoprak berjudul Gumregah di Paroki Gondangwinangun, Kecamatan Jogonalan, Klaten, Jateng. (FX Juli Pramana)

TARI Bambangan Cakil dalam pementasan Kethoprak dengan judul Gumregah digelar oleh Gereja Santo Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangun di Klaten, Jawa Tengah, hari Sabtu 20 Juli 2024. Ini menjadi pementasan pembuka sebelum kethoprak digelar. Tarian ini persembahan Sanggar Seni Bandung Bondowoso Gondangan Jogonalan Klaten.

Tari Bambangan Cakil merupakan tari klasik yang menceritakan adegan perang antara kesatria melawan raksasa. Antara kebaikan dan angkara. Adegan ini berakhir dengan menangnya kesatria melawan raksasa.

Bacaan Injil hari kemarin diambil dari Matius 13:24-30. Itu mengisahkan benih gandum yang baik yang tumbuh bersama ilalang yang ditabur oleh si jahat. Ketika waktu menuai tiba, ilalang dikumpulkan dan dibakar, gandum hasil pertumbuhan biji yang baik dikumpulkan di lumbung.

Kebaikan dan angkara, dalam kenyataan hidup sering berdampingan. Namun tidak jarang kebaikan harus bertanding dan berperang melawan kejahatan. Pada akhirnya seperti pepatah Jawa mengatakan: “Becik ketitik, ala ketara” yang artinya yang baik akan kelihatan, yang jelek akan tampak.

Gandum tampak sebagai gandum. Ilalang tampak sebagai ilalang. Kesatria tampak sebagai kesatria, raksasa tampak sebagai raksasa.
Kesatria tentu akan mendapat tempat dan dihargai sebagai kesatria yang memiliki keluhuran budi dan tindakan terpuji.

Medan adegan kebaikan dan ketidakbaikan sering kali mengambil panggung: dalam hati sanubari. Pertarungan baik dan buruk sering kali juga menjadi gejolak di hati.

Jiwa kesatria dan jiwa angkara menjadi disposisi batin yang acap kali perlu dikenali.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here