![Kunjungan kasih para suster FSGM ke orangtua kolega suster yang sudah lansia atau sakit. (Ist)](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2021/01/FotoJet-4-1-696x696.jpg)
BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Minggu Pekan Biasa XVI, 18 Juli 2021.
Tema: Gerak hati asali.
- Bacaan Yer. 23: 1-6.
- Ef. 2: 13-18.
- Mrk. 6: 30-34.
JERIH payah, sebuah nilai kemanusiaan yang berarti. Sebuah perjuangan pula.
Kadang tidak gampang, apalagi menyenangkan.
Ia harus berani keluar dari dirinya sendiri. Mau menjumpai yang lain sebagai yang lain.
Itulah arti menjadi seorang kristiani.
Berbuat baik tidaklah mudah. Merepotkan. Minimal mau direpotkan. Terdengar, ada orang yang tidak mau repot atau direpotkan.
Alhasil, banyak kebaikan tertunda bahkan kesempatan berbuat baik pun tak terwujud.
Begitu banyak alasan, bila harus memberi.
Tetapi, Tuhan Yesus mempunyai satu alasan dan satu ajaran-Nya, “Berilah, kamu tidak akan kekurangan.”
Inilah misteri Kerajaan Allah. Hati yang berbelas kasih.
Riang menjumpai, berbagi kegembiraan
Sekali waktu, saya berprakarsa mau mengajak sebuah keluarga ikut bersama saya mau mengunjungi panti jompo.
“Apa yang harus kita bawa ya? Mereka butuh apa? Berapa jumlah mereka bersama karyawan-karyawan yang ada?” tanya mereka.
“Tidak usah. Kita berkunjung saja. Paling kita perlu bawa buah-buahan,” jawabku.
Kami lalu menyapa oma-oma. Bicara dengan mereka satu persatu.
“Oma yang sehat ya. Yang gembira, banyak berdoa. Jadi pendoa bagi kami ya. Tuhan pasti mendengarkan. Oma-oma kan dekat dengan Tuhan. Yesus memberkati oma-oma,” hiburku.
Keluarga itu membagikan jeruk dan roti ayam. Wajah oma-oma menunjukkan kegembiraan.
Sisa-sisa potensi diri
Ada satu oma yang lucu. Ia suka nyanyi. Kami pun ikut menyanyi.
Saya membuat gerakan. Mereka ketawa. Suasana sungguh menyenangkan.
Oma-oma lain yang di kursi roda ada yang diam. Beberapa tersenyum. Ada juga yang manyun. Ada yang melambaikan tangan. Ada yang berkerut kening.
Saat pulang, saya tanya, “Kenapa ketika diajak, spontan yang terucap apa yang harus dibawa?”
“Yah, biarlah mereka bisa gembira. Dibuat seneng aja, Mo. Kasihan. Kan tidak setiap hari. Saya lalu ingat almarhumah Mama.
Mama pergi, ketika kami masih kecil. Ia tak sempat menikmati apa yang kami miliki sekarang. Kami belum sempat membalas kasih, kebaikan, dan pengorbanan Mama. Saya gembira bisa berjumpa dengan oma-oma,” kata mereka.
Rezeki itu bisa datang dan pergi. Bisa dicari.
Tetapi berbagi itu lebih menyenangkan. Bisa membuat mereka meriah itu kan kebaikan.
“Kami diberkati kok. Tidak kekurangan, mesti harus diatur. Anak-anak sudah mentas dan berkeluarga. Ekonomi mereka lebih dari cukup. Kami sudah memberi modal hidup masing-masing. Tugas sebagai orangtua selesai. Cucu-cucu menyenankan. Gak buat susah,” terangnya kemudian.
Kuacungi dua jempol.
Memang ada beberapa orang yang merasa aman dengan kekayaan mereka.
Berpikir kalau kekayaan mereka terancam, seluruh hidupnya akan runtuh, tak bermakna.
Bukankah pada akhirnya kepemilikan, kekayaan tidak menjamin apa-apa.
Bukankah ada ajaran bijak soal lepas bebas yang suci.
Yesus menawarkan sikap hidup yang beda.
Tidak seperti yang disodorkan dunia dengan aneka iklan yang seringkali dikotori oleh kepentingan sempit dan manipulatif dengan berbagai cara.
Belas kasihan mempunyai dua aspek. Yang memberi, membantu dan melayani sesame. Juga yang mengampuni dan memahami.
Makin banyak orang belajar percaya, mengamini bahwa memberi dan memaafkan berarti malah akan melipat-gandakan dalam diri dan hidupnya tanda-tanda kesempurnaan Allah.
Bukankah Allah adalah pemberi dan pengampun yang berlimpah?
Kita perlu berpikir, kita semua adalah himpunan orang-orang yang diampuni. Semua dari kita dipandang dengan belas kasih Ilahi
Kebaikan selalu berulang, menebar.
“Kapan-kapan kita akan datang lagi Romo. Sekedar mengunjungi dan berbagi kasih. Biarlah mereka lebih bergembira bersama. Biarlah mereka merasa tidak disingkirkan, dibuang, tidak diperhatikan,” begitu mereka berkehendak baik.
“Apakah mereka membayar?”
Membayar. Tapi tidak profit oriented. Ada yang tidak membayar. Prinsip subsidiaritas berlaku.
Beberapa donatur, budiman-wati selalu memberi hati.
Yesus adalah penampilan Allah yang peduli dan penuh kasih. “Ketika mendarat, dan melihat jumlah orang yang begitu banyak, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala.” ay 34.
Tuhan, semoga aku dapat menghayati cara hidup-Mu. Amin.