Kebenaran yang Memerdekakan Setiap Orang

0
34 views
Dwitunggal Soekarno-Hatta

Sabtu, 17 Agustus 2024

Hari Kemerdekaan RI

Sir. 10:1-8;
Mzm. 101:1a,2ac,3a,6-7;
1Ptr. 2:13-17;
Mat. 22:15-21;

DALAM rangka menyambut Hari Kemerdekaan ini, kita diajak untuk mengisi kemerdekaan itu dengan merenungkan sejauh mana sikap dan tindakan kita selama ini dalam membela kebenaran.

Kebenaran sejati adalah kebenaran yang memerdekakan setiap orang, bukan membelenggunya. Apakah sebagai anak-anak Allah kita masih kuat bertahan dalam kebenaran sejati?

“Presiden Soekarno adalah tokoh utama dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda dan pendukung kemerdekaan Indonesia. Dia berdiri teguh dalam prinsip kemerdekaan dan hak-hak bangsa Indonesia, meskipun menghadapi berbagai ancaman dari penjajah dan tantangan internal.”

Soekarno menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki komitmen yang kuat terhadap kebenaran dan tujuan yang lebih besar, bahkan jika itu melibatkan risiko dan tantangan. Kepemimpinan yang baik mencakup keberanian untuk berdiri teguh dalam menghadapi ketidakadilan dan perjuangan untuk prinsip-prinsip yang benar.

Keberanian Soekarno untuk memimpin perjuangan kemerdekaan dan menghadapi berbagai ancaman menunjukkan bahwa tindakan berani adalah bagian penting dari kepemimpinan.

Pemimpin yang baik harus siap untuk mengambil langkah-langkah berani demi kebaikan bangsa dan prinsip-prinsip yang diyakini benar.

Presiden Soekarno memimpin dengan integritas, menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan perjuangan kemerdekaan. Kepemimpinan yang baik melibatkan konsistensi dalam prinsip dan tindakan, serta kemampuan untuk memimpin dengan visi yang jelas untuk kesejahteraan rakyat.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya:

“Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.”

Sikap jujur, tidak takut kepada siapa pun dalam membela kebenaran, tidak menjilat dan tidak mencari muka adalah sifat-sifat Yesus yang diungkapkan oleh orang-orang Farisi yang mencoba menjebaknya.

Kejujuran Yesus dalam menghadapi pertanyaan ini adalah teladan bagi kita. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan kepalsuan dan manipulasi, kita dipanggil untuk berdiri dengan jujur dan tulus dalam setiap situasi.

Keberanian untuk mengatakan yang benar, bahkan ketika itu tidak populer atau nyaman, adalah kualitas yang harus kita teladani dari Kristus.

Sikap-sikap ini yang kiranya semakin langka kita temukan di negara kita, baik dari kalangan bawah, menengah, bahkan sampai pada tingkat atas. Dari kehidupan rumah tangga, sekolah, pekerjaan, peradilan sampai pemerintahan.

Yesus tidak mencari muka atau menjilat untuk memperoleh dukungan dari pihak tertentu. Dia tetap konsisten dengan ajaran-Nya dan tidak terpengaruh oleh pujian atau ancaman.

Ketulusan-Nya dalam mengajarkan jalan Allah tanpa memandang bulu adalah contoh ideal bagi kita.Sebagai orang Kristen, kita diajak untuk hidup dengan integritas, tidak mencari pujian manusia atau memanipulasi situasi untuk keuntungan pribadi.

Ketulusan dalam pelayanan kita dan hubungan kita dengan orang lain harus mencerminkan sifat Yesus yang tidak membiarkan dirinya terpengaruh oleh opini atau kepentingan pribadi.

Kita mesti belajar dari sikap Yesus yang jujur, berani membela kebenaran, dan tidak mencari muka. Dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan pribadi maupun dalam pelayanan kita kepada masyarakat, hendaknya kita berkomitmen untuk meneladani Yesus. Dengan cara ini, kita dapat membawa kemuliaan bagi Tuhan dan memberikan dampak yang positif dalam dunia ini.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani mengatakan kebenaran di tengah budaya kepalsuan ini?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here