Puncta 19.01.22
Rabu Biasa II/C
Pekan Doa Sedunia
Markus 3: 1-6
HAKIM bertanya kepada pembunuh Presiden Mesir Anwar Sadat: “Kenapa kamu bunuh Sadat?”
Pembunuh itu menjawab: “Sebab dia sekuler.”
Hakim bertanya lagi: “Apa kamu tahu arti sekuler? Apa maksudnya sekuler?”
Si pembunuh menjawab: “Tidak tahu.”
Ada lagi kasus percobaan pembunuhan oleh seorang teroris kepada Naguib Mahfoud, penulis novel The Children of Our Neighbourhood.
Hakim bertanya: “Kenapa kamu menikam Mahfoud?”
Teroris itu menjawab: “Karena tulisan di novelnya.”
Hakim bertanya lagi: “Apakah kamu sudah membaca isi novelnya?”
Teroris itu menjawab: “Belum.”
Kasus yang sama menimpa Faraj Fouda, seorang penulis di Mesir.
Hakim bertanya kepada pembunuh Fouda, “Kenapa kamu membunuh Faraj Fouda?”
Teroris itu menjawab, “Sebab dia pengkhianat.”
“Dari mana kamu tahu bahwa dia pengkhianat?”
“Dari buku-buku yang dia tulis,” jawabnya.
Hakim bertanya, “Buku dia yang mana yang membuat kamu bisa menarik kesimpulan bahwa Fouda adalah pengkhianat?”
Teroris itu menjawab, “Saya belum pernah membaca buku-bukunya.”
“Kenapa?” cecar sang hakim.
Teroris itu berkata, “Saya buta huruf.”
Apa pelajaran dari kisah-kisah di atas?
Kebencian tidak pernah tersebar lewat ilmu pengetahuan. Kebencian selalu tersebar lewat kedegilan, kedunguan, kebodohan.
Orang yang punya akal sehat tidak mudah ditipu atau dibodohi.
Yesus mewartakan kebaikan. Ia menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya pada hari Sabat.
Orang-orang Farisi ada di situ dan mengamat-amati Dia.
Yesus bertanya kepada mereka, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?”
Mereka diam saja. Yesus jengkel karena kedegilan hati mereka.
Kaum Farisi itu belajar hukum tetapi tidak menerapkannya. Hukum hanya dipakai untuk menyalahkan orang lain dan membenarkan dirinya sendiri.
Kedegilan inilah yang membuat mereka membenci Yesus.
Karena kedegilan hati itu, mereka bersekongkol, memprovokasi orang-orang Herodian untuk membunuh Yesus.
Mereka mengipas-ipasi bara panas untuk mengobarkan permusuhan.
Hukum agama yang seharusnya membuat orang menjadi lebih baik, lebih bersaudara, lebih sabar, lebih rendah hati, lebih damai, tetapi justru dipakai untuk membunuh, menghancurkan, memusuhi dan menyengsarakan.
Jangan mudah dibohongi oleh kedegilan yang mengatasnamakan agama.
Jangan mudah ditipu oleh mimpi-mimpi yang meninabobokan.
Jangan mudah dibodohi dan diprovokasi.
Gunakan akal sehat, karena dengan akal sehat hidup kita akan selamat.
Pagi-pagi sudah turun hujan
Mendung tebal terlihat di angkasa
Apa artinya mencintai Tuhan
Kalau tidak bisa mengasihi sesama
Cawas, mari semakin bersaudara….