Kepala Perpustakaan Daerah Jawa Tengah Mulyono mengatakan kebiasaan mendengar yang menjadi budaya masyarakat Indonesia membuat minat baca masyarakat menjadi kecil.
“Budaya masyarakat Indonesia kan lebih banyak mendengar, bukan membaca, seperti mendengarkan berbagai hal melalui dongeng yang sudah tertanam sejak kecil,” katanya di Semarang, Senin. Hal tersebut diungkapkannya usai diskusi “Baca Buku, Buka Dunia”.
Ia mengatakan kebiasaan lebih banyak mendengar itu sangat berbeda dengan masyarakat negara maju seperti Jepang yang banyak membaca.
Menurut Mulyono, tingkat minat baca masyarakat sebenarnya sangat memengaruhi kemajuan peradaban suatu negara, baik sosial, budaya, dan teknologi, seperti ditegaskan UU Nomor 43/2007 tentang Perpustakaan.
“Membaca sebenarnya merupakan suatu sarana untuk mengenali dunia, sekaligus sebagai alat untuk membentuk sikap (attitude) dan tingkah laku (behaviour) suatu individu maupun bangsa,” katanya.
Ia menjelaskan perpustakaan digambarkan sebagai tempat yang memiliki pengaruh sangat besar dalam meningkatkan peradaban suatu negara, semakin maju perpustakaannya, semakin tinggi peradaban negara itu.
Karena keberadaan perpustakaan tidak terpisahkan dari perabadan manusia, kata dia, kemajuan perpustakaan di suatu negara sangat penting, mulai tingkat kunjungan dan modernitas yang diterapkan perpustakaan.
“Kemajuan peradaban dan teknologi di Indonesia belum bisa dikatakan tinggi karena minat baca masyarakat masih rendah. Masyarakat belum punya ’attitude’ dan ’behaviour’ dalam mengelola sumber daya alam,” katanya.
Untuk itu, ia mengatakan pentingnya meningkatkan minat baca melalui berbagai langkah, seperti yang dilakukan Perpusda Jateng dengan menambah tingkat kenyamanan perpustakaan untuk menarik kunjungan masyarakat.
“Kami telah membenahi berbagai kondisi sarana dan prasarana, seperti pemasangan AC (air conditioner) di setiap ruangan, menyediakan jaringan Wifi, pemasangan CCTV untuk keamanan, dan kafe yang terjangkau,” katanya.
Perpusda Jateng juga menyediakan sarana bermain dan edukasi khusus untuk anak-anak yang bisa membuat anak bermain sekaligus belajar, misalnya mainan edukasi, berbagai poster, dan komputer.
“Kami ingin mengenalkan perpustakaan kepada anak-anak melalui penyediaan fasilitas ini. Sebab, dengan cara ini secara tidak langsung kami bisa mengenalkan dan menanamkan kebiasaan membaca sejak dini,” kata Mulyono.
Bukan kebiasaan mendengar yang mengakibatkan minat baca masyarakat kita sangat minim, tetapi kebiasaan menonton. Saat ini tontonan melalui beragam stasiun televisi sangat banyak. Artinya, hanya dengan membuka televisi, maka berbagai informasi dan pengetahuan dapat diperoleh. Hal ini beda dengan membaca, apalagi membaca buku, selain harus mengeluarkan biaya untuk membeli buku atau menyewa buku, juga tempat membaca buku (perpustakaan) sangat jauh dari tempat tinggal. Hal itu menjadi salah satu penyebab kurangnya minat baca di kalangan masyarakat. Karena itu, sosialisasi, promosi, mengiklankan di berbagai media merupakan cara yang efektif, agar lama-kelamaan, warga masyarakat kita makin sadar akan pentingnya membaca dalam hidupnya.