Kedalaman Hati

0
638 views
Ilustrasi: Duc in altum. (Ist)

Kamis, 1 September 2022

  • 1Kor. 3:18-23.
  • Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6.
  • Luk. 5:1-11.

TIDAK sulit membuat percakapan yang mengalir lancar dan menyenangkan, ketika hubungan kita itu baik-baik saja.

Kita bisa bercanda dan sendau-gurau hingga suasana menjadi rileks dan menyenangkan.

Namun, ketika kita dihadapkan pada macetnya komunikasi dan kita harus bicara dari hati-hati secara mendalam, ternyata tidak mudah.

Meskipun kita tahu, bicara dari hati ke hati itu baik untuk meluruskan permasalahan.

Mengubah kesalahpahaman menjadi saling pengertian. Mengubah kemarahan menjadi kelembutan.

Mengubah kekecewaan menjadi penerimaan. Mengubah benci jadi cinta.

Namun tidak semua orang mampu, masuk ke dalam hati orang lain.

“Saya tidak habis pikir bagaimana orang seramai dia, bisa tiba-tiba kelu tanpa satu suara pun ketika harus menyelesaikan konflik dalam kelompok kita ini,” kata seorang bapak.

“Di mana perginya keceriaan, kelucuan, dan keterbukaan yang seakan melekat di dalam dirinya,” lanjutnya.

“Sering kali kita menjadi tidak tahu harus berbuat apa-apa, ketika kita harus bicara dari hati ke hati secara mendalam,” sahut isterinya.

“Banyak orang berkomunikasi hanya terbatas permukaan, tidak mendalam,” lanjutnya.

“Banyak orang tidak biasa mengkomunikasikan perasaannya lewat aktivitas bicara dari hati ke hati,” sambungnya.

“Kadang kita hanya sibuk dengan pikiran dan perasaan sendiri dan sulit untuk mendengarkan, maunya kita selalu didengarkan,” sambungnya lagi.

“Banyak masalah dan kesulitan menjadi semakin pelik, karena kita mengabaikan hati,” tegasnya.

“Banyak hubungan menjadi rumit karena bisa jadi hati sudah tertutup terhadap orang lain atau tidak punya hati lagi,” ujarnya.

“Maka meski hati manusia misteri tapi bisa dipahami jika mau membuka dan bicara dari hati ke hati dan melibatkan perasaan,” tandasnya.

“Karena ketika kita bicara dari hati, ucapannya akan masuk ke hati dan hatinya merespon secara alami,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian.

Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:

“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Mengikuti Tuhan Yesus berarti bersedia menyatukan hati kita dengan hati Tuhan.

Ada berbagai suara yang menyapa hati kita sebagai lagkah Tuhan memanggil diri kita yang disampaikan ke dalam hati kita.

Setiap panggilan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu menjadikan diri kita penjala manusia serta menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Mengikuti Tuhan itu sebuah jalan batin, dari sekadar berjalan bersama-Nya menjadi sehati seperasaan dengan-Nya.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah membuka hati dalam menanggapi panggilan Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here