“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” (Yoh 14, 27)
PETER Marshall menggambarkan kedamaian bukan dengan memilih gambar tentang pemandangan sebuah dusun yang tenang, danau yang tenang, sebuah keluarga yang duduk bersama di sekitar perapian, salju yang sedang turun atau pemandangan saat subuh dengan semburat matahari yang berwarna-warni. Kedamaian digambarkan dengan sebuah sarang burung dalam sebuah pohon, yang sedang diombang-ambingkan oleh topan yang mengamuk dasyat. Dalam sarang itu terdapat seekor induk burung yang dengan tenang melindungi anak-anaknya dan menunggu selesainya badai topan yang mengamuk. Burung itu tidak sedikitpun terusik oleh badai topan yang mengamuk.
Kehidupan yang damai merupakan impian banyak orang. Peter mau memberikan pesan bahwa kedamaian itu bukanlah kehidupan yang sama sekali terbebas dari topan, prahara, badai, permasalahan atau kesulitan. Kedamaian bukanlah kehidupan aman yang dipagari oleh tembok tinggi dengan satpam garang bersenjata atau bebas dari konflik, pertentangan, permusuhan atau kekerasan. Kedamaian juga bukan kehidupan yang dijamin oleh banyaknya harta benda untuk tujuh turunan. Banyak orang justru hidup tidak nyaman dan tenang, bahkan menjadi buronan atau tahanan, karena harta yang dimiliki.
Kedamaian merupakan hasil dari sebuah pergumulan menghadapi berbagai macam topan, prahara, badai, permasalahan dan kesulitan hidup. Pergumulan yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketenangan, keyakinan dan kepercayaan diri, sehingga orang tidak melarikan diri pada hal-hal yang semu atau mengambil jalan pintas yang nampak mudah, namun tidak tepat.
Kalau induk burung saja bisa menemukan kedamaian, mengapa manusia tidak?
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)