Puncta 12 Juni 2024
Rabu Biasa X
Matius 5:17-19
DALAM Kekawin Ramayana ada kisah tentang Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Wisrawa adalah seorang begawan, pandita yang luhur budi dan bijaksana. Ia diminta oleh anaknya, Danaraja, untuk melamar Dewi Sukesi di Alengka.
Sukesi mau dipersunting laki-laki asal bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuning rat pangruwating Diyu”. Wisrawa pergi ke Alengka dan mengajarkan ilmu luhur itu kepada Sukesi.
Namun kecantikan dan kemolekan Sukesi menggoda Wisrawa sehingga buyarlah segala ilmu yang diajarkan. Ia lupa statusnya sebagai begawan, pandita dan orangtua. Ia justru jatuh cinta kepada Sukesi.
Kegagalan mengajarkan ilmu suci melahirkan bayi-bayi raksasa yang menakutkan. Rahwana, Kumbakarna dan Sarpakenaka adalah hasil nafsu yang salah.
Dalam Bacaan Pertama, Elia berlomba dengan nabi-nabi Baal. Elia ingin membuktikan bahwa Allah Israel atau Yahwe adalah Allah yang paling berkuasa dan benar. Nabi mana yang benar-benar mengajarkan jalan Allah, apakah nabi-nabi Baal atau dia yang diutus oleh Tuhan.
Elia menantang mereka untuk mempersembahkan korban bakaran. Korban mana nanti yang dilalap api dan habis, itulah tandanya nabi yang benar.
Nabi-nabi Baal yang jumlahnya 450 orang menyembelih lembu dan memotongnya di atas kayu api. Sepanjang hari mereka memanggil Baal tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab dan tidak ada tanda-tanda allah yang datang.
Elia mulai mengejek mereka. “Panggillah lebih keras. Bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin sedang ada urusan, atau mungkin ia sedang bepergian. Barangkali dia tidur, dan belum terjaga.”
Para nabi Baal itu berteriak-teriak seperti lomba sound system yang berkekuatan 10.000 watt. Tetapi tidak ada tanda-tanda allah mereka hadir dan menyambar korban sembelihan itu.
Tiba giliran Elia. Ia menyiapkan daging korban dan menempatkannya di atas mesbah dan berdoa, “Jawablah aku ya Tuhan, jawablah aku supaya bangsa ini mengetahui bahwa Engkaulah Allah ya Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka bertobat.”
Seketika itu juga, api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu. Elia menunjukkan Allah Israel adalah Allah yang benar.
Yesus menegaskan bahwa Ia hadir tidak untuk meniadakan Hukum Taurat dan kitab para nabi. Ia datang untuk menggenapi. “Siapa yang meniadakan salah satu perintah Taurat sekali pun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga.”
Nabi-nabi Baal itu mengajarkan Taurat hanya untuk keuntungan dirinya sendiri. Demikian juga Begawan Wisrawa lupa pesan anaknya. Ia mengajarkan hanya untuk kesenangannya sendiri. Akibatnya kejahatan dan kehancuranlah yang terjadi.
Allah kita adalah Allah yang berkuasa. Jangan menyelewengkan kehendak-Nya. Turutilah kehendak-Nya.
Ada mendung berarak di atas awan,
Semua berharap akan turun hujan.
Memang berat mewartakan kebenaran,
Kadang dimusuhi sahabat dan kawan.
Cawas, wartakanlah kebenaran
Rm. A. Joko Purwanto, Pr