Minggu, 25 Februari 2024
- Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18;
- Mzm. 116:10,15,16-17,18-19;
- Rm. 8:31b-34;
- Mrk. 9:2-10
ROH akan berpisah dari jasad ketika ia sudah meninggal dunia. Di masa tersebut, bisakah roh saling bertemu dan mengingat satu sama lain?
Gereja dengan jelas bicara tentang keberadaan jiwa yang tetap hidup walaupun tubuh manusia itu mati, yang diadili di hadapan Allah, dan kondisi jiwa itu abadi yang berada di surga atau di neraka.
Kita juga percaya akan Api Penyucian: suatu kondisi sementara bagi jiwa yang sudah melewati pengadilan pribadi namun masih memiiki komponen dosa sementara untuk ditebus sebelum mencapai pandangan yang membahagiakan (beatific vision).
“Meski tidak secara langsung, saya bisa menangkap bahasa kasih orangtuaku, meski mereka telah lama meninggal,” kata seoang ibu. “Setiap peristiwa penting ada saja “sasmita” yang menunjukkan bahwa orang tuaku ada dan membantuku memilih apa yang mesti saya lakukan.
Tidak jarang sebelum ada kejadian yang penting, orangtuaku hadir lewat mimpi atau rasa yang hanya bisa aku alami yang menghubungkan hatiku dengan orang tuaku yang telah lama meninggal. Kematian memang memisahkan kami, namun kasih dan cinta tidak pernah hilang bahkan ketika kematian menjadi pemisahnya.
Saya percaya bahwa untuk orang yang saya cintai, meskipun mereka telah meninggalkanku, mereka tetap hadir dan berperan dalam kehidupanku. Kehadiran mereka hanyalah sejauh doa,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”
Yesus berbicara dengan Musa dan Elia, orang yang telah meninggal, untuk menegaskan arah karya keselamatan umat manusia. Karya penebusan dosa manusia itu harus dilalui melalui jalan derita.
Yesus memilih orang-orang tertentu dan diberi kesempatan untuk melihat serta mendengar hal yang tidak dapat dilihat dan didengar oleh khalayak ramai. Orang-orang pilihan ini harus mengerjakan tugas dan menanggung penderitaan yang lebih berat dari orang-orang lain. Misalnya, Petrus dan Yakobus harus mati secara tragis, sedangkan Yohanes hidup lebih lama dari yang lain untuk mencatat dan menyampaikan wahyu Tuhan kepada semua orang.
Apa pun pengalaman rohani yang kita alami seyogianya tidak membuat kita menjadi sombong rohani. Panggilan untuk mengalami dan melihat kemuliaan Tuhan adalah karunia dan berkat Tuhan bukan karena kita hebat namun karena Tuhan ingin memberikan kepercayaan bagi kita untuk menjadi saksi cinta-Nya.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa bersyukur atas kasih karunia Tuhan khususnya pada saat kasih Tuhan melimpah dalam hidupku?