AWAL dari keheningan ialah membiarkan diri tinggal dalam diam.
Dalam diam, keberadaan diri berproses untuk belajar mengendalikan akal budi dan hati, belajar melihat segala sesuatu dan berpikir positif sambil mengasah kepekaan hati.
Dalam keheningan diajak untuk menyadari dan menemukan realitas diri dengan segala keterbatasan dan kerapuhan sendiri untuk semakin mengenal diri lalu belajar untuk menjadi rendah hati di hadapan Tuhan: hidup ini selalu bergantung pada kasih karunia-Nya semata-mata.
Baca juga:
- Puisi Biarawati Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” di Batu: Pesona Awali
- Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” Batu: Kesederhanaan Ada di Mana-mana (3)
Dalam keheningan kita akan dibawa masuk flashback ke masa kecil, masa remaja dan saat ini. Buah-buah apa yang telah ditanamkan Tuhan lewat orangtua, sanak-saudara dan lingkungan sekitar melalui peristiwa-peristiwa hidup, pergaulan dan dalam menjalin relasi dengan keluarga, sanak saudara, teman dan sahabat serta siapa saja yang pernah dijumpai.
- Dalam keheningan diajak untuk menerima realitas hidup yang tidak sempurna, tetapi Allah selalu melengkapinya lewat pribadi-pribadi yang turut membentuk kepribadian dan hidup ini.
- Dalam keheningan akan semakin menyadari siapa saya di hadapan Tuhan dan siapa Tuhan bagi saya.
- Keheningan menjadi tempat bertransformasi dimana pergolakan dan pergulatan terjadi untuk menemukan jatidiri dan menyadari kuasa dan kehendak-Nya dalam diri .
- Keheningan menjadi tempat untuk mengangkat hati agar berdamai dengan diri sendiri dengan menerima masa lalu dan realitas hidup saat ini serta bertumbuh untuk menjadi manusia
- Keheningan menjadi tempat untuk mengurai peristiwa-peristiwa sebagai bagian dari kehidupan dimana Allah mendidik, membimbing dan membentuk dengan pengertian-pengertian untuk memahami kehendak-Nya melalui Sabda-Nya.
- Keheningan menjadi tempat pemurnian diri dari berbagai motivasi dan keinginan diri sendiri. Lalu menyerahkan diri pada kuasa-Nya yang Ilahi.
- Keheningan menjadi tempat untuk menemukan kekuatan dan pengharapan bahwa hidup hanyalah sarana untuk berkembang dan bertumbuh dalam iman untuk mencapai tujuan yakni Tuhan sendiri.
- Dalam keheningan, segala sesuatu menjadi mungkin karena Allah yang memungkinkan segalanya terjadi.
Panggilan menjadi rubiah Karmelit
Panggilan hidup membiara saya temukan dalam keheningan gereja, dimana tiada kata yang dapat terucap.
Panggilan hidup kontemplatif adalah suatu misteri yang tidak dapat dipahami oleh akal budi, hanya dengan hati yang mau terbuka kepada kehendak-Nya. Suatu panggilan yang sederhana namun mulia untuk hidup tersembunyi sebagai jantung Gereja.
Saya menyadari kerapuhan diri namun saya pun menyadari belas kasih Allah yang menarik saya kedalam-Nya.
Baca juga: Biara Rubiah Karmelites “Flos Carmeli” Batu: Tak Bersentuhan dengan Dunia Luar (1)