Keindahan Itu Membahagiakan

0
641 views
Ilustrasi: Yesus dan Petrus. (Ist)

Sabtu, 19 Februari 2022

  • Yak. 3:1-10.
  • Mzm: 12:2-3.4-5.7-8.
  • Mrk. 9:2-13.

HIDUP sering kali terjadi dari apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir bahagia, hidup kita akan membahagiakan. Ketika berpikir sebaliknya, kenyataan akan seperti itu.

Hidup layaknya sebuah cermin dan diri kita adalah pikiran kita sendiri. Untuk membuatnya nampak menarik dan menyenangkan, maka yang ada di dalam pikiran kita pun harus diselaraskan.

Tidak ada orang yang bahagia ketika dalam pikirannya penuh dengan duka dan pikiran-pikiran negatif.

Kebahagiaan hanya datang pada mereka yang yakin bahwa hidup adalah sebuah berkat yang harus disyukuri.

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan berkunjung ke komunitas di Labuan Bajo dan Ruteng.

Di Labuan Bajo, saya diajak komunitas rekreasi ke pulau-pulau yang begitu indah.

Salah satu pulau yang kami kunjungi dan sangat indah pemandangannya adalah Pulau Padar. Namun sebelum menikmati keindahan pemandangannya, kita harus naik bukit yang cukup tinggi.

“Kamu pasti senang saat berpeluh-peluh dan berletih-letih dan melihat pemandangan menuju puncak,” tanya seorang teman kepada salah satu frater yang ikut berekrasi.

“Dan bagaimana rasanya ketika kamu sudah sampai puncak?” lanjutnya.

“Apakah kamu merasa bahagia saat kamu mendaki bukit ini, dengan cuaca yang sangat panas,” tanya teman tadi.

“Tidak, Pater. Saya tidak bahagia, ketika mendaki, tapi saya merasakan kebahagiaan luar biasa saat telah ada di sini, di puncak tertinggi ini,” jawab frater itu.

“Itulah yang perlu kamu ingat bahwa hasil dan proses bagaikan dua sisi mata uang, melekat dan sangat berarti satu sama lain. Setelah berpeluh-peluh meniti proses, hasil biasanya hal yang sangat ditunggu-tunggu untuk segera dinikmati,” sahut teman saya tadi.

“Kebahagiaan itu hasil dari sebuah proses yang diperjuangkan dengan sepenuh hati,” katanya lagi.

“Dalam perjuangan itulah kerjenihan pikiran akan memeggang peran yang sangat penting,” lanjutnya.

“Kebahagiaan yang kita dapat kadang sesuai dengan apa yang kita tanam dalam pikiran kita,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian:

Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” 

Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. 

Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”

Peristiwa transfigurasi merupakan penyingkapan jati diri Kristus selaku Anak Allah, sehingga kita mengenal Dia selaku Tuhan dan Juruselamat umat manusia.

Ada banyak suara di dunia ini yang menjanjikan kebahagiaan, sukacita dan kesenangan hidup. Namun hanya ada satu suara yang benar-benar akan memberikan jaminan kebahagiaan bahkan hidup yang kekal yaitu suara Allah untuk mengasihi putera-Nya sepenuh hati.

Bagaimana dengan diriku? Kebahagiaan seperti apa yang aku cari?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here