ALMARHUM Pastor AM Ardi Handojoseno SJ adalah mantan murid saya, saat sebagai frater Jesuit saya menjalani tahun orientasi kerasulan (TOK) di Kolese Loyola kurun waktu tahun 1986-1988. Di Pastoran Kolese Loyola waktu itu, saya tinggal bersama Pater Markus Wanandi SJ (sebagai Direktur/Kepala Sekolah SMA Loyola sekaligus Rektor Kolese), almarhum Pater C. Looymans SJ (Minister Kolese), Pater Eddy Anthony SJ (Pater Pamong SMA Loyola), Pater Wegman SJ (residen), dan beberapa bulan kemudian ikut masuk Fr. E. Baskoro Poedjinoegroho SJ.
Baca juga: RIP Pater AM Ardi Handojoseno SJ, Serangan Jantung Usai Jogging Sore di Girisonta
Saya menjadi Wakil Pamong di SMA Loyoa selama kurun waktu dua tahun. Selanjutnya, posisi saya sebagai Wakil Pamong di SMA Loyola kemudian digantikan oleh Fr. Mathias Hariyadi SJ.
Tertib, cerdas, bersahaja
Dalam kapasitas saya sebagai Wakil Pamong SMA Loyola, saya mengenal almarhum sebagai murid sangat cerdas, tertib, rendah hati, dan bersahaja. Ia cenderung berperilaku pendiam.
Sewaktu kelas 2 SMA, almarhum Ardi berhasil terpilih sebagai Ketua DKKL (Dewan Keluarga Kolese Loyola) —sebutan khas untuk menamai posisi Ketua OSIS Sekolah SMA (Kolese) Loyola di Jl. Karanganyar 37, Semarang, Jateng.
Baca juga: In Memoriam Pastor AM Ardi Handojoseno SJ: Musik Hobinya, Ilmu Pengetahuan Langkah Hidupnya (1)
Juru damai
Sebagai ketua DKKL, ia bekerja dengan sangat baik. Almarhum sangat mendapatkan kepercayaan besar dari teman-teman anggota DKKL lainnya (antara lain seperti Elisabeth Ganda). Ia diakui sebagai juru runding andal, sebagai pendamai dan penengah bila ada perselisihan di antara para anggota DKKL lainnya.
Yang juga mengherankan, almarhum Ardi sudah pada waktu itu juga telah dikenal luas sebagai murid yang sangat saleh. Ia benar-benar sangat religius.
Di Facebook, kawan seangkatannya yakni drg. Claudia Suryajaya berkisah seperti ini:
“Aku masih ingat, sewaktu kamu memimpin doa bersama di saat kita di Loyola. Itu terjadi di kelas 1A yang di pojokan itu,. Kamu memejamkan mata dan tersenyum sambil mulai berdoa dengan mengucapkan: “Selamat pagi, Tuhan”.
“Dan beberapa dari kami, termasuk aku, lalu mengejekmu.
“Emang di tempat Tuhan masih pagi. Tuhan masih tidur, kalee …”
“Namun ledekan seperti itu tidak menggoyahkannya untuk khusuk dalam doa.”
“Mungkin dari situ Tuhan sudah mengarahkan hidupnya menuju hidup kesucian dengan menjadi seorang imam.”
Defunctus et requiescat in pace. Ia sudah menyelesaikan hidupnya yang fana dan semoga beristirahat dalam damai.
Luar biasa jalan kehudupan Rm Ardi semofa jiwanya damau dalam pelykan kasih Kerahiman Ilahi. RIP