“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.” (Mat 9, 36)
BEBERAPA waktu yang lalu banyak orang merasa lelah karena berada dalam perjalanan dengan waktu yang panjang. Dalam keadaan normal, jarak Cirebon sampai Brebes bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Namun demikian, banyak orang memerlukan waktu 12 jam untuk menempuhnya pada hari Minggu kemaren. Perjalanan yang sungguh melelahkan.
Dalam kelelahan, sikap orang bisa bermacam-macam: ada yang keluar dari mobilnya dan mulai mengumpat bahwa pemerintah tidak becus membangun infrastruktur; bahwa petugas tidak becus mengatur arus lalu lintas; ada juga yang mengambil HP dan tongkatnya terus selfi dan tetap tersenyum; ada juga yang sengaja memilih jalanan macet dan menolak naik pesawat, biar terasa betul mudiknya; ada juga yang kehabisan bensin dan harus jalan panjang untuk membeli eceran; ada yang mulai ngobrol dengan sesama orang lelah, sehingga terbangun persaudaraan.
Kelelahan tidak selalu menimbulkan emosi negatif yang meledak-ledak; atau menimbulkan rasa ngantuk yang bisa mencelakakan. Kelelahan juga bisa dinikmati dengan senyum dan tawa, bahkan bisa menumbuhkan rasa solidaritas atau persahabatan. Solidaritas dengan orang yang lelah dalam perjalanan juga bisa memotivasi orang untuk keluar rumah, biar tidak dibilang ‘angrem’; pergi sesaat ke pasar atau berkeliling desa sekedar memanasi mobil. Orang yang lelah tidak hanya menumbuhkan rasa solidaritas dalam diri orang lain, tetapi juga rasa belas kasih.
Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasih terhadap orang yang lelah dan terlantar. Gerak hati yang mengalir dalam sikap serta tindakan untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang lelah, terlantar dan menderita. Kelelahan macam apa yang pernah terjadi dalam hidupku dan bagaimana sikapku terhadap mereka yang lelah?
Teman-teman selamat siang. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)