Puncta 07 April 2024
Minggu Paskah II
Yohanes 20: 19-31
SEJAK kecil saya tidak bisa renang. Walaupun rumah saya dekat dengan umbul Brintik dan Umbul Pluneng, tetapi rasa takut tenggelam selalu menghantui. Kalau diajak renang, paling hanya bisa gaya “tempel,” maksudnya hanya nempel pegangan di pinggir kolam saja.
Setelah jadi imam, saya diajak Romo Sutrasno untuk menemani romo-romo sepuh olahraga renang. Tiap rabu pagi setelah misa kami berkumpul bersama Rm. Riawinarto, Rm. Rusgiharto, Rm. Notobudyo dan beberapa yang lain untuk renang di Prawirotaman.
Kelompok renang ini menamakan dirinya KYB singkatan dari “Klelep Ya Ben.” Artinya tenggelam ya gak papa.
Melihat para romo tua bersemangat, saya mulai berani turun ke kolam. Romo Trasno bilang sambil kelakar, “pelajaran pertama agar bisa renang adalah punya pengalaman minum air kolam sebanyak-banyaknya.”
Yang tadinya takut air, lama-kelamaan jadi senang dengan air dan mulai bisa renang.
Dengan penuh kesabaran romo-romo membimbing dan membantu sampai saya berani bolak-balik berkali-kali. Mereka membuat saya yang tadinya takut dan tidak percaya menjadi berani dan percaya diri.
Para murid mengalami ketakutan karena kematian Yesus. Mereka berkumpul pada waktu malam dengan pintu-pintu terkunci. Mereka takut kalau “dikatutke dosane” dengan Yesus oleh orang-orang Yahudi.
Dalam situasi takut, terasing, terkucil, dibenci dan dicari dosanya, Yesus datang menghampiri mereka. Ia menunjukkan tangan dan lambung-Nya. Ia membuktikan bahwa Diri-Nya hidup. Ia telah bangkit dari kematian.
Ia memberikan Roh Kudus kepada mereka agar para murid bangkit dari ketakutan dan mulai berani mewartakan Yesus yang bangkit.
Pada awalnya mereka mewartakan kepada kalangan sendiri. Tomas yang tidak ikut berkumpul diberitahu.
Tetapi Tomas tidak cepat percaya. Ia berkeras hati kalau tidak berjumpa sendiri dengan Yesus, ia tidak akan percaya.
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Dengan perlahan-lahan, sabar dan penuh kasih sayang, Yesus hadir dan menjumpai Tomas. Akhirnya Tomas bisa percaya, “Ya Tuhanku dan Allahku.” Kerahiman Tuhan menuntun mereka yang tidak mau percaya.
Minggu kedua Paskah ini juga disebut Minggu Kerahiman Allah. Yesus Kristus adalah wajah Kerahiman Allah. Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya terwujud dalam Diri Kristus Yesus.
Barangsiapa percaya kepada Yesus, ia telah melihat Bapa yang Maharahim, penuh kasih setia kepada kita para pendosa. Sebagaimana Bapa mengampuni kita, kita pun diajak mengampuni sesama kita. Dengan demikian kita menampilkan wajah Kerahiman Tuhan.
Berenang di sepanjang Pantai Kuta,
Ombaknya tenang dibawa angin senja.
Jangan takut tetaplah teguh percaya,
Tuhan Maharahim mengampuni dosa.
Cawas, Tuhan Allah Maharahim
Rm. A. Joko Purwanto, Pr