Minggu, 6 November 2022
- 2Mak. 7:1-2,9-14.
- Mzm. 17:1,5-6,8b,15.
- 2Tes. 2:16-3:5.
- Luk. 20:27-38
MATI adalah sesuatu yang pasti bagi tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Begitulah janji Allah.
Kehidupan yang kita jalani di dunia ini hanyalah salah satu hiburan dan tempat singgah sementara saja, karena masih ada rentetan perjalanan panjang yang harus kita lewati setelah kehidupan ini.
Tentang kehidupan setelah kabangkitan, Tuhan Yesus menegaskan bahwa situasi dan kondisi akan sangat jauh berbeda dibanding kehidupan di dunia ini.
Jika manusia di dunia ini kawin, maka itu adalah untuk kelangsungan hidup manusia di dunia.
Namun orang yang dibangkitkan itu dan yang layak menerima kehidupan kekal tidak akan ada lagi kematian, maka perkawinan tidak lagi diperlukan.
Selanjutnya Yesus juga mengatakan bahwa mereka yang dibangkitkan itu “sama” seperti malaikat-malaikat, dalam arti bahwa mereka tidak lagi sama seperti tubuh manusia di bumi yang fana.
“Tega patine neng ora tega larane, (tega sakitnya, tidak tega matinya),” kata seorang bapak melihat kondisi isterinya yang sakit keras bertahun-tahun.
“Setiap kali saya merawat isteriku, hati ini menjerit sedih karena kondisinya yang sangat memprihatinkan tinggal kulit pembalut tulang,” lanjutnya.
“Bukan saya tidak mau merawat dengan penuh kasih namun melihat penderitaannya hati ini tidak tega namun saya juga tidak ingin kehilangan dia,” ujarnya.
“Tuhan jangan perpanjangan penderitaan isteriku, sembuhkanlah isteriku dan jika engkau hendak mengambilnya terjadilah kehendak-Mu,” itulah doaku.
“Bukan aku menyumpahi supaya istriku cepat meninggal namun jika kondisi penuh derita harus dipikulnya, memang lebih mudah menyerah dan melepaskannya pergi ke alam baka,” katanya.
“Semoga kematian akan menjadi langkah baru bagi isteriku untuk memasuki kehidupan baru yang berbeda dengan apa yang dia rasakan di dunia ini,” tegasnya.
“Saya sangat mencintainya, namun kehilangan dia akan lebih baik baginya,” sambungnya.
Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,
“Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan,
tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan.
Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan.”
Kebangkitan berarti Yesus hidup dan tetap tinggal di antara kita.
Dalam Yesus ada kehidupan abadi. St. Paulus menuliskan, ‘Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah kepercayaan kami.
Kebangkitan Kristus memberikan jaminan kepada kita untuk percaya. Kebangkitan-Nya membawa pesan gembira.
Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, namun prarasa kehidupan kekal sudah dapat kita rasakan.
Tentang hidup dan mati kita ini ada di tangan Tuhan. Semua orang punya waktu dan saatnya.
Bagaimana denagan diriku?Apakah aku menyongsong kematian dengan gembira?
Kehidupan ini bertujuan ke arah kematian siapa pun orangnya, dimana pun berada pas akan menuju ke kematian.
Siap tidak siap kalau sudah waktunya pasti akan di jemput untuk kembali ke rumah bapa di surga itu sebagai harapan besar seluruh orang yang hidup.
Asalkan sudah bisa bersyukur secara mendalan (bukan hanya bersyukur secara di ucapan saja) kemungkinan besar dia hidupnya bahagia sebagai kondisi yang di jalAni untuk menyongsong kehidupan kelak.
Amin