Senin, 12 Juli 2021
Kel.1:8-14.22.
Mat.10:34-11:1.
BEBERAPA hari yang lalu, saya diminta melayani perayaan ekaristi memperingati arwah umat yang meninggal dunia setelah terpapar Covid-19 via zoom.
Pada saat itu, suasana duka begitu terasa terlebih bapak dari umat yang meninggal itu mengikuti dari rumah sakit dalam keadaan sakit covid.
Bapak itu masih berjuang untuk sembuh dari covid-19.
“Kami sungguh tidak berdaya menghadapi situasi yang terjadi ini,” kata perwakilan keluarga yang menghubungiku via telepon.
“Airmata kami terasa kering. Kami tidak mampu lagi menangis. Bahkan menangisi anak kami yang tidak ada lagi,” lanjutnya.
“Iman kami benar-benar diuji. Masihkah kami percaya kepada Tuhan, ketika penderitaan seakan tak mampu lagi kami hadapi,” tuturnya.
“Namun ketika kami ragukan kuasa Tuhan, Dia malah menunjukkan kuasa-Nya. Suamiku yang sudah sangat berat penyakit dan dirawat di ICU bisa berangsur membaik. Saat ini tinggal menjalani pemulihan di ruang rawat biasa,” katanya.
“Saya belum bisa melihat rencana Tuhan saat ini. Namun tetap ada api harapan atas kehendak Tuhan yang baik bagi keluarga kami,” lanjutnya.
“Saya percaya sepenuhnya akan kuasa Tuhan, meski kami harus menjalani lewat Jalan Salib, jalan kesedihan,” katanya
“Pastor, saya ingin meletakkan semua kesedihan kami. Juga harapan kami di dalam tangan Tuhan dalam perayaan ekaristi nanti,” tuturnya.
Menerima permintaan seperti ini, saya merasa sangat terhormat boleh melayani mereka dan bersama mereka yang sedang berduka itu menjumpai Tuhan yang kami percayai.
Merupakan sebuah pengautan bagi kami para pelayan boleh ikut menyerahkan salib kehidupan. Juga memupuk harapan akan kemurahan Tuhan akan rahmat keselamatan kekal bagi yang sudah menghadap Tuhan.
Juga mohon rahmat kesembuhan bagi bapak yang masih berjuang untuk pulih dari Covid-19.
Mampukah aku tetap menjaga iman dan harapanku pada Tuhan di tengah pandemi ini?