Kematian Pandawa Lima

0
6,454 views
Ilustrasi: Tokoh wayang Pandawa by Media Indonesia

Puncta 18.06.21
Jum’at Biasa XI
Matius 6: 19-23

SETELAH Perang Baratayuda, Pandawa memerintah di Hastinapura. Lama-lama mereka jenuh dengan kemuliaan istana.

Oleh Begawan Abiyasa, mereka disarankan hidup mengembara di alam bebas, menjadi manusia merdeka.

Ada seekor anjing setia mengikuti mereka.

Ketika menyusuri padang gurun, Drupadi mati lemas. Ini dikarenakan semasa hidup ia berlaku tidak adil, lebih mengasihi Arjuna daripada yang lain.

Lalu Sadewa mati. Semasa hidupnya ia merasa paling pintar sendiri. Lalu Nakula juga mati.

Ia sombong karena merasa paling tampan.

Arjuna juga mati. Ia takabur dengan kemampuan dirinya dalam olah senjata. Ia merasa paling bisa.

Bima juga tumbang dan mati. Ia merasa paling kuat, suka mencari kenikmatan dan tidak tahu tata krama.

Ketika ajal menjemput Yudistira, ia minta agar anjing sahabatnya diizinkan naik ke surga. Dewa tidak mengabulkan.

Namun Yudistira tidak mau jika anjingnya tidak bersama dia.

Karena ketulusan dan kebaikan hati Yudistira itu, si anjing setia berubah menjadi dewa Dharma dan bersabda, “Hai makhluk budiman, kebaikan hatimu kau bawa sampai akhir. Semua manusia kau sayangi, bahkan musuh pun kau kasihi. Kebaikan hatimu itulah yang akan mengantarmu ke surga.”

Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi; ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar dan mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di surga. Karena dimana hartamu berada, di situ pula hatimu berada.”

Harta di surga bukan barang-barang duniawi, bukan prestasi, bukan kekuasaan.

Adik-adik Yudistira itu mengandalkan hal-hal duniawi.

Sadewa mengagungkan kepintaran. Nakula menyombongkan ketampanan, Arjuna mengandalkan ketrampilan, Bima memburu kekuatan.

Semua akan hancur dan ditinggalkan.

Yudistira melakukan darma kebaikan kepada semua makhluk, bahkan anjing pun disayangi dan diperlakukan dengan baik.

Dengan darma, Yudistira mengumpulkan harta di surga. Dengan menjunjung nilai-nilai kebaikan bagi semua makhluk, Yudistira menjadi cermin bagi kita agar tidak mengejar harta, tahta dan kenikmatan sementara.

Marilah kita melakukan darma kebaikan agar memperoleh kebahagiaan kekal di surga.

Mendung tebal menutupi matahari.
Bunga-bunga pun layu tidak berseri.
Semua manusia di dunia akan mati.
Hanya dharma bakti akan menyertai.

Cawas, merpati putih terbang….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, P

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here