Mereka melakukan tindakan kesalehan untuk ‘mendapat’ dan dalam hidup sehari-hari mereka ‘mengambil’ keuntungan dari situasi sulit janda-janda yang kehilangan suami. Berbeda dengan ibu janda itu, dipuji Yesus karena kerelaannya untuk memberi dan berbagi.
Dengan demikian, kita melihat ada dua pola dasar dalam hubungan kita dengan Allah dan sesama. Pola hubungan ‘mendapat dan mengambil’ atau pola hubungan ‘memberi dan berbagi.’
Kita cenderung berpendapat orang Parisi itu jelek dan ibu janda itu baik. Tetapi mari kita lihat dalam hidup sehari-hari kita. Sikap Parisi, mengutamakan kesalehan lahir, juga sering jadi kecenderungan kita.
Kita mencari simbol-simbol rohani yang lebih bagus dari yang lain. Rosario yang lebih bagus, salib yang lebih keren, misa yang lebih memuaskan. Kita melakukannya untuk kepuasan diri kita. Kepuasan untuk memakai atau menggunakannya atau kepuasan karena pujian orang lain?
Dalam hidup ini, berapa kali kita harus menegakan diri terhadap kebutuhan orang lain demi mendapat keuntungan atau prestasi yang lebih tinggi? Yesua memuji ibu janda itu karena ‘memberi dari kekurangannya, orang lain ‘memberi dari kelebihannya’.
Berapa di antara kita sungguh berani memberi dari kekurangan kita? Kebiasaan umum dan normal, kita memberi dari kelebihan kita. Yesus memberi kita contoh dan Ia menjadi teladan dalam memberikan diri secara total demi keselamatan kita.
Mendapat dan mengambil adalah cara hidup dunia, yang juga kita butuhkan supaya dapat bertahan hidup di dunia ini. Tetapi kita tahu, gaya hidup dunia bukan lah jalan keselamatan. Hanya berpegang pada gaya hidup dunia ini, justru akan membawa kita pada ketidak bahagiaan, kekecewaan, keserakahan dan kemunafikan.
bersambung