SETIAP manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lain, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun manusia memiliki kecenderungan untuk menilai dirinya jauh lebih baik, lebih hebat, lebih super daripada yang lainnya. Dengan menjadikan diri sendiri sebagai tolok ukur, maka pandangan kita selalu terarah kepada kekurangan sesama; mendorong kita untuk mudah melontarkan kritikan, celaan, saling menuding dan menghakimi sehingga terjadi perselisihan dan permusuhan.
Yesus mengajak kita untuk menjadi pribadi yang murah hati sebagaimana Bapa senantiasa murah hati kepada kita semua. Kemurahan hati Bapa ditunjukkanNya dengan selalu menerima kita apa adanya, melindungi dan menyertai kita dengan setia; bahkan memberikan pengampunan tanpa batas kepada kita, padahal Ia mengetahui dengan jelas semua keburukan dan dosa yang telah kita lakukan.
Tidaklah mudah untuk bermurah hati, banyak godaan yang merongrong dan hambatan yang menghalangi jalan kita. Tapi sebagai anak-anak Allah, kita harus memiliki kehendak yang kuat untuk menjauhkan diri dari keangkuhan, prasangka buruk, dan belajar untuk tidak membesar-besarkan atau menggosipkan kekurangan sesama.
Marilah dengan rendah hati menerima sesama dengan segala ketidaksempurnaannya karena kita sendiri juga bukan pribadi yang sempurna, jembatani perbedaan yang ada dengan kasih, saling menghargai dan saling mengampuni sehingga terciptalah hidup rukun dan damai.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)