“Para peserta mulai menyadari bahwa mereka punya masalah dan ingin diselesaikan sehingga lepas bebas dan sukacita dalam menjalani hidup panggilan”.
PADA tanggal 4-8 Januari 2022 telah berlangsung program kursus gabungan novis. Atau sering disebut KGN Rayon Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
KGN mengadakan kegiatan bersama secara luring dengan tetap mematuhi protokol Kesehatan di Rumah Pembinaan Carolus Borromeus Syantikara Yogyakarta (RPCB).
Dengan topik menarik tentang “Psiko-Seksual Formasi Awal”. Menghadirkan narasumber sekaligus fasilitator tunggal: Romo Fransiskus Iwan Yamrewav MSF.
Topik utama yang diangkat KGN kali ini adalah psikoseksual. Istilah lain untuk mengacu pertumbuhan dalam hidup relasional kita sebagai religius dalam keterkaitan kita sebagai mahkluk seksual.
Perkembangan psikoseksual menunjuk pada interaksi dinamis pengalaman, lingkungan, fase, tugas, kesadaran dan keputusan yang membawa kaum religius menuju relasi yang dewasa dan saling mengasihi.
Psiko-seksual adalah proses pertumbuhan yang merangkul semua aspek kehidupan manusia.
Secara lebih spesifik perkembangan psiko-seksual yang sehat mencakup enam dimensi, antara lain: fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan spiritual.
Maksud dan tujuan
Program bersama membedah materi tentang “Psiko-Seksual Formasi Awal” adalah:
- Untuk membantu para calon religius -apakah itu calon novis suster, bruder, dan frater- agar mereka mampu mengolah pengalaman sebagai “manusia normal”. Terutama terkait dengan dorongan-dorongan seksual.
- Diajak untuk mengenal cara menyalurkan energi seksual secara sehat.
- Mampu mengolah pengalaman masa lalu yang dapat menghambat hidup panggilan.
Di sini mereka bisa berbagi pengalaman tersebut. Baik dengan narasumber maupun sesama peserta, sehingga pemahaman dalam berelasi terhadap lawan jenis menjadi lebih sehat.
Pengolahan psikoseksual saat ini dirasa paling dibutuhkan dan dianggap mendesak bagi para religius secara khsusus para formasi awal yakni para novis.
Ini agar di dalam penghayatan kaul, mereka dapat dengan bebas dan bertanggungjawab menjalaninya.
Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2013.
“Sebelum pandemi, kita laksanakan secara luring. Saat pandemi dilakukan secara daring dan pasca pandemi semoga bisa kembali dilaksanakan sacara daring dengan narasumber yang sama.
Tahun ini, sudah kedelapan kalinya, program KGN menggelar kegiatan “Psiko-Seksual Formasi Awal” ini didampingi oleh Romo Yam MSF,” ungkap Sr. Hetty Sriwidjajanti CB selaku Ketua KGN Rayon DIY.
“Jumlah peserta kali ini ada sebanyak 74 orang dari 16 kongregasi suster, bruder, dan frater. Jumlah ini boleh dibilang angka terbanyak dari angkatan sebelumnya,” tambah Sr. Hetty CB.
Partisipasi aktif dan dinamis
Lebih lanjut, Suster Magistra Novis Kongregasi CB ini menjelaskan demikian.
Selama berproses KGN, para pendamping dari setiap Kongregasi ikut terlibat hadir dan masing-masing pendamping itu tetap setia menemani para peserta.
Setiap pendamping tentunya memiliki kebutuhan dan keprihatinan yang sama, sehingga mereka berpendapat bahwa kegiatan ini memang wajib dilakukan.
Narasumber yang sudah mengampu program ini dari tahun ke tahun tentu saja sudah sangat menguasai bahan.
Juga tidak diragukan lagi kemampuannya dalam mendampingi para calon religius. Belum lagi kalau harus menyebut bahwa Romo Yam MSF itu sendiri adalah juga seorang formator juga.
Harapan ke depan sedemikian jelas bagi semua pihak. Kongregasi berharap agar KGN pengolahan psiko-seksual seperti ini terus dilanjutkan.
Program pengolahan diri ini tentu akan selalu dibutuhkan. Juga menjadi penting, bahwa narasumber yang sama dan sudah tahu materinya dengan sangat baik bisa menjadi fasilitator lagi.
Kondisi ini membantu semua pihak. Lantaran sudah saling kenal sehingga komunikasi intensif antar formator menjadi lebih baik dan lancar.
Program formasi ini juga menyediakan sesi bimbingan pribadi. Hal ini berarti peserta mulai menyadari bahwa mereka punya masalah dan ingin diselesaikan sehingga semakin bebas dan sukacita didalam menjalani hidup panggilan.
Dipraktikkan sejak tahun 2013
Selaku fasilitator acara dan narasumber, Romo Yam MSF tentu ingin memberi penjelasan singkat mengenai kegiatan KGN ini. Program pendalaman psiko-seksual ini sudah dipraktikkan sebagai acara formasi awal sejak tahun 2013.
Program ini dirancang bangun, karena para formator ini sama-sama punya perhatian sekaligus keprihatinan sama dalam upaya terbaik mereka untuk mendampingi para calon religius.
Bidang psiko-seksual menjadi urusan sangat penting dan mendesak dan para formator sungguh merasakan hal ini sebagai urgensi dan kebutuhan mendesak yang harus dilakukan segera di awal-awal tahun formasi.
Butuh kepercayaan
Bagi Romo Yam MSF, saat ini yang dibutuhkan dari formandi (baca: para calon religius) adalah kepercayaan.
Artinya, para formator harus mulai membuka ruang, waktu dan tempat bagi mereka (formandi) untuk bercerita, tanpa harus takut dinilai jelek sehingga mereka merasa aman.
Berdasarkan kebutuhan mereka itu, maka akhirnya kami –para formator- mulai berkembang di dalam proses pendampingan mereka.
Mereka berkembang, sehingga para formator pun berkembang dan kemudian saling melengkapi.
Harapan ke depan agar religius Indonesia jadi sehat.
Sehat secara spiritual dan psikoseksual, sehingga sungguh-sungguh memiliki panggilan religius dalam bentuk pemberian diri non eksploitatif dan pada akhirnya lepas bebas dalam mengikrarkan kaul.
Sebagai perwakilan magister, Br. Flavianus MTB menyampaikan ungkapan sekaligus apresiasi atas KGN tahun ini.
“Saya senang karena sangat membantu formator dalam mendampingi novis yang sering kali secara emosional mereka lebih terbuka dan eksplorasi diri kepada narasumber,” tutur bruder dari Kongregasi Maria Tak Bernoda (MTB) ini.
“Saya juga ikut menikmati proses dan sangat senang mendengar beragam pengalaman pergulatan para formator dalam mendampingi para novis di tengah perkembangan teknologi komuniasi nirkabel saat ini,” tambahnya.
Sebagai pengurus, masing-masing pihak ikut menciptakan kondisi yang baik di dalam setiap sesi.
“Mereka juga aktif menghibur para novis yang sedang galau meskipun hanya spontan. Tetapi saya merasa mereka sungguh-sungguh diperhatikan,” paparnya. (Berlanjut)