Kenangan Indah dalam Ekaristi

0
12 views
Ilustrasi: Ekaristi di kapel Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII Malang bersama Romo JB Mardikartana SJ. (Proclamator)

Minggu, 2 Juni 2024

Kel. 24:3-8;
Mzm. 116:12-13,15,16bc,17-18;
Ibr. 9:11-15;
Mrk. 14:12-16,22-26

SETIAP orang pasti memiliki kenangan. Ya, kenangan masa lalu berisi ingatan dan kerinduan terhadap hal-hal yang sudah dilalui. Karena sebenarnya apa yang telah kita capai dan lakukan kemarin, pada akhirnya sudah menjadi kenangan hari ini

Berbicara tentang kenangan, terkadang akan membangkitkan berbagai perasaan entah senang, kesal, atau pun sedih, gembira bahkan ada kenangan yang bisa membangkitkan semangat serta cinta. Untuk kenangan yang menyedihkan, mungkin mayoritas orang ingin segera melupakan dan tidak ingin mengingatnya kembali.

Sementara, untuk kenangan yang membuat bahagia, semangat dan penuh daya rasanya ingin terus selalu diingat bahkan ingin kembali mengulang momen itu.

“Kenangan indah yang sampai saat ini, selalu membawa sukacita bagiku adalah saat saya menerima Komuni Pertama,” kata seorang sahabat.

“Waktu itu umurku masih 10 tahun, dan aku berjalan memyambut Tubuh Kristus dalam komuni didampingi ibuku. Ibuku mendampingi aku dalam upacara Gereja sejauh aku ingat hanya pada peristiwa Komuni Pertama itu.

Karena setelah itu saat saya Kaul Kekal hingga tahbisan, ibuku tidak bisa menenamiku secara langsung karena waktu saya Kaul Kekal, ibuku sakit. Dan saat aku tahbisan, ibuku sudah menghadap Tuhan.

Ilustrasi: Anak-anak sekolah calon penerima Komuni Pertama di Gereja St. Arnoldus Paroki Bekasi, Minggu tanggal 19 Juni 2022. (Jumar Sudiyana)

Foto kenangan Komuni Pertama, menjadi foto yang paling menyentuh perjalanan rohaniku. Dalam foto itu, aku berdiri di depan imam menyambut komuni dan ibu mendampingiku dengan wajah tertuju pada Tubuh Kristus yang aku sambut.

Inilah kenangan yang selalu membisikkan kata ‘syukur’ di dalam hatiku. Bahwa ibuku selalu menyertaiku dan menemaniku untuk memandang dan bersatu dengan Tuhan,” ujar sahabatku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: Ambillah, inilah tubuh-Ku.

Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu.

Dan Ia berkata kepada mereka: Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.”

Setiap kali kita merayakan ekaristi, kita semua diingatkan bahwa sebelum komuni, imam akan mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang dalam perjamuan Tuhan”.

Kemudian kita akan menjawab, “Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.” Bukankah ini mengungkapkan rasa percaya yang mendalam, iman yang sederhana tetapi sungguh mengena, menyentuh hati?

Sadar tidak sadar, ketika kita menerima Tubuh Kristus, tubuh kita dikuduskan. Maka sudah selayaknya kita menggunakan tubuh kita, artinya seluruh diri kita, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan pada Allah.

Yesus dengan jelas menegaskan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.

Mari kita menyambut dan bersatu dengan Kristus sendiri dengan mempersiapkan diri dengan hati dan budi yang pantas. Dan juga marilah kita mohon kesembuhan diri dari berbagai macam kesakitan rohani (karena dosa) yang kita miliki, agar kita mampu menjadi manusia yang Kristiani yang kudus.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mempunyai kenangan indah dalam ekaristi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here